1.
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Konsep ekosistem merupakan
suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling
ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan
fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi
transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui
proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk
hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi
matahari ini dengan cara mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan
begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan (Nontji,1987).
Ekosistem mangrove sebagai
ekosistem yang berada pada daerah perlaihan antara air daratan dan lautan menerima
air dari daratan melalui sungai-sungai air tersebut akan disaring oleh sistem
perakaran mangrove lalu menuju ekosistem padang lamun dibantu oleh arus dan
gelombang. daun daun pada tumbuhan lamun dapat memperlambat aliran air dan
menyaring endapan yang diangkutnya sehingga ekosistem pada lamun air cenderung
lebih tenang dan bersih. ekosistem terumbu karang menerima air yang lebih
jernih di banding kedua ekosistem sebelumnya. Ekosistem terumbu karang sebagai
pelindung bagi ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove dari hempasan
gelombang dan arus yang datang dari laut lepas (Bustami,2005).
Ekologi laut tropis mencakup berbagai macam
ekosistem yang berada pada daerah tropis. Aspek yang ditelaah mengenai lamun,
terumbu karang, dan mangrove. Interaksi yang terpenting dari ketiga ekosistem
tersebut yakni fisik, bahan organic terlarut, bahan organik partikel, migrasi
fauna, dan dampak manusia. Struktur dan sifat fisik ketiga ekosistem tersebut
saling mendukung. Apabila, ekosistem tersebut terganggu, maka akan menyebabkan
ekosistem lainnya terganggu juga. Padang lamun yang berdekatan dengan terumbu
karang merupakan padang penggembalaan ikan-ikan karang yang besar
(Nybakken,1992).
Binatang karang adalah
pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat
kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal
sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu
karang’, “karang” yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia
yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu
adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang
mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu
dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah
terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia
semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam
terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang
menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang
terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan
ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat
(lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium
Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras
(Gunawan,1995).
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud diadakannya simulasi
praktikum ekologi laut tropis di Gazebo FPIK UB, Malang adalah agar para praktikan dapat
memprediksi kerapatan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang buatan.
Tujuan diadakannya simulasi
praktikum ekologi laut tropis di Gazebo FPIK UB, Malang adalah untuk mengetahui
presentase penutupan ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove buatan.
1.3. TEMPAT DAN WAKTU
Simulasi Praktikum ekologi
laut tropis diadakan di Gazebo FPIK UB,
Malang pada tanggal 1 Juni 2012, pada pukul 15.00-18.00 WIB.
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. EKOLOGI LAUT TROPIS
2.1.1. TERUMBU KARANG
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan
karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae.
Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang
memiliki tentakel.Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu
Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara
asal-usul, Morfologi dan Fisiologi ( Ambalika, 2012).
Terumbu Karang adalah bentukan dari
kumpulan hewan dan tumbuhan yang saling bekerjasama membangun sebuah komunitas
bersama. Dan jika kita perhatikan secara seksama, terumbu merupakan kumpulan
dari hewan - hewan kecil yang bernama POL/P. Polip inilah yang tumbuh bersama -
sama dengan tumbuhan kecil lainnya yang disebut ZOOXNATHELLAE ( baca :
zo-zan-the-Iee). Ekosistem adalah Iingkungan hidup (Habitat) serta makhluk
penghuninya yang saling mempengaruhi. Terumbu Karang hidup di perairan laut
yang tidak datam, dengan suhu perairan antara 22 0 hingga 270
Celcius dengan kandungan zat kapur yang tinggi (LIPI, 2007).
Terumbu karang (coral reef) merupakan
ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini memiliki
produktivitas organik
yang sangat tinggi. Demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada
didalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat pulau karang yang
produktifif hingga kadang-kadang terumbu karang ini diandaikan seperti oase di
tengah gurun pasir yang gersang. Komponen biota yang terpenting dari terumbu
karang ialah hewan kerangka batu, hewan yang tergolong Scleractina yang
kerangkanya terbuat dari bahan kapur (Nontji, 1987).
2.1.2. MANGROVE
Mangrove berasal dari kata
mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Secara umum hutan mangrove dapat
didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah
pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas
pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap
garam (salinity) air laut. Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah
tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin
(Darsidi,1986).
Ekosistem mangrove didefinisikan
sebagai mintakat pasut dan mintakat supra-pasut dari pantai berlumpur dan
teluk,goba,dan estuary yang didominasi oleh halophyta yakni tumbuh-tumbuhan
yang hidup di air asin, berpokok, dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan
anak sungai, rawa, dan banjiran, bersama-sama dengan populasi hewan dan tumbuhan
( Romimohtatrto,2009).
Mangrove tumbuh pada pantai-pantai
yang terlindung atau pantai pantai
yang datar. Biasanya di tempat yang tak ada muara sungainya hutan mangrove
terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan
delta yang aliran airnya banyak mengandung Lumpur dan pasir, mangrove biasanya
tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal yang berombak besar
dan arus pasang surut yang kuat (Nontji,1987).
2.1.3. LAMUN
Lamun atau "rumput laut" adalah
anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di
dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah anggota bangsa Alismatales yang
berasal dari salah satu dari empat suku berikut: Posidoniaceae, Zosteraceae,
Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi
(Angiospermae) yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut.
Dalam bahasa Inggris disebut seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan
dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai
rumput laut yang sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga
sebagai alga laut (LIPI & Coremap,2012).
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang
sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan
ini terdiri dari rhizome, daun, akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam
dan merayap secara mendatar,serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh
pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji,1987).
Beralih ke tumbuh-tumbuhan laut yang
lebih tinggi tingkatannya, yaitu spermathophyta, lamun yang benar-benar rumput
laut. Yakni rumput yang tumbuh di laut,sebagai komoditi sudah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, baik secara tradisional maupun modern
(Romimohtarto,2009).
2.2. CIRI-CIRI EKOSISTEM LAUT TROPIS
Ekosistem laut tropis memiliki
beberapa ciri yang berbeda dengan ekosistem laut di daerah lain seperti : sinar
matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau)
hal ini merupakan kondisi optimal bagi produksi fitoplankton, memiliki predator
tertinggi, jaring-jaring makanan dan struktur trofik komunitas pelagik, Secara umum terdiri dari algae,
herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi, serta memilki tingkat
keragaman yang tinggi dengan jumlah sedikit apabila dibandingkan dengan tipe
daerah seperti subtropis dan kutub (den Hartog, 1977).
Menurut, Jimmy Kathler 2012, ciri khas dari ekosistem laut tropis
adalah:
·
Temperatur suhu tinggi,
·
Salinitas
atau kadar garam yang tinggi
·
Penetrasi
cahaya matahari yang tinggi
·
Ekosistem
tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar
·
Aliran
atau arus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperatur dan rotasi bumi
·
Habitat
di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain
·
Komunitas
air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan
dekomposer.
Menurut Muhammad,2012 Laut tropic
mempunyai karakteristik yang khas, yaitu :
·
Variasi produktivitas yang berbeda dengan laut
subtropik, laut kutub. Laut tropik merupakan daerah dimana sinar matahari terus
menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau), kondisi
optimal bagi produksi fitplankton dan konstant sepanjang tahun. Secara umum biota yang hidup pada laut tropik
terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi.
·
Predator tertinggi pada laut tropic (tuna,
lanset fish, setuhuk, hiu sedang dan hiu besar), predator lainnya: cumi-cumi,
lumba-lumba.
Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu system.
Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.Pengertian ini didasarkan
pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama
dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan
di bumi cocok untuk kehidupan" ( Broto.S,2006).
2.3. RANTAI MAKANAN
Rantai makanan adalah perpindahan
energi makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui
jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap tahap pemindahan
energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu
langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan
perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang
tersedia ( Surya,2012).
Dalam rantai makanan ini , semua
kehidupan hewan bergantung pada kemampuan tumbuh-tumbuhan hijau untuk
berfotosintesis. Di laut, fitoplankton merupakan produsen makanan yang utama,
tingkat selanjutnya adalah pemindahan energi dari makanan utama tersebut ke dalam
rantai makanan (Romimohtarto,2009).
Fungsi dari rantai makanan ini adalah
untuk menjaga jumlah makhluk hidup didalamnya, dan jangan sampai jumlah
pemangsa lebih banyak daripada jumlah mangsanya. Karena hal ini akan
mengakibatkan kepunahan makhluk hidup. Ada dua tipe dasar rantai makanan:
1.
Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya:
tumbuhan-herbivora-carnivora.
2.
Rantai
makanan sisa (detritus food chain). Bahan
mati mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator. Suatu rantai
adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan di dalam suatu
komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu rantai
makanan adalah suatu kelompok organisme yang melibatkan perpindahan energi dari
sumber utamanya (yaitu., cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton,
larva ikan, ikan kecil, ikan besar, binatang menyusui) (Anneahira,2012).
2.4.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOLOGI LAUT TROPIS
2.4.1. FAKTOR FISIKA
Proses kehidupan dan kegiatan makhluk
hidup pada dasarnya akan dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan,
seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum
(Romimohtanto,2009).
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan
antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, Secara umum kerusakan yang
terjadi tidak sedikit. Disamping kerusakan bangunan fisik, ekosistem pesisir
pun rusak berat. Masalah erosi, sedimentasi dan abrasi pun dirasakan sangat
mengganggu aktivitas pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Misalnya,
hilangnya penyangga pantai, yaitu hutan mangrove. Dilain pihak, pengembangan
dan pemanfaatan yang dilakukan, misalnya dengan adanya konversi lahan hutan
bakau menjadi tambak tanpa pertimbangan yang memadai pada gilirannya akan
memicu laju erosi, sedimentasi dan abrasi secara tak terkendali
(Anneahira,2012).
Suhu adalah besaran yang menyatakan
derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.Pada
abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini
memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga
pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman
pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala
Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan
partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak.
Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 –
1907 menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari
273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak
sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skal a tersebut ada juga skala Reamur dan
Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu
80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih
pada suhu 212°F (Alljabar,2012).
Kecerahan perairan adalah suatu
kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada
kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat
kaitannya dengan aktifitas fotosintesa.Kecerahan merupakan faktor penting bagi
proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Seperti diketahui
fotosintesa rumput laut sangat membutuhkan cahaya dan apabila aktifitas
fotosintesa terganggu maka akan mengakibatkan pertumbuhan rumput laut yang
tidak optimal (Romimohtanto ,2009
2.4.2. FAKTOR KIMIA
Tumbuhan untuk dapat hidup dan tumbuh
dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat
dan fosfat) dalam jumlah minimum. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai
faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas. Pada dasarnya secara alami
kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsurunsur faktor
lingkungan tertentu (seperti nutrien, suhu udara) sebagai kebutuhan minimum,
dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan (Nontji,2005).
Salinitas merupakan jumlah dari seluruh
garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah
susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga
salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida
(Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram
ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh
klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan
kandungan klorida.Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total
dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua
karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi
klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara
salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar
laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan
sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo)
(1902)
Lambang
o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding
dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut (Agus Setiawan
,2009).
pH air menunjukkan aktivitas ion
hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen
(dalam mol per liter) pada suhu tertentu.Air laut, dengan-kandungan ion-ion Ca
dan Mg yang cukup besar, dapat mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar.
Ion-ion Calsium dan Magnesium akan membentuk garam-garam karbonat dan
bikarbonat dan campuran asam-asam karbonat tersebut dengan garamgaram membentuk
suatu sistem penyangga (buffer) yang kuat. Oleh karena itulah, biasanya pH air
laut berada sedikit di atas normal dan jarang keluar dari batas pH 7 -
9.Keadaan ini sangat menguntungkan hewan-hewan di dalamnya termasuk udang, yang
karena aktivitas respirasinya menghasilkan CO2 mengakibatkan pH di sekitar
insang agak turun, sehingga perlu segera dinetralkan kembali. Nilai pH yang
optimum bagi kehidupan udang berada pada kisaran 7 - 8,5. Walaupun demikian
sering terjadi kapasitas buffer air laut tidak mampu menahan penurunan pH yang
dipengaruhi oleh kedalaman tanah dasar tambak. Kasus ini banyak terjadi
terutama pada tambak-tambak yang dibangun di areal lahan yang mengandung pyrite
(FeS2) ( Sri Umiyati ,2008).
2.4.3. FAKTOR AKTIVITAS MANUSIA
Kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran. Beberapa faktor dalam proses kehidupan dan
kegiatan makhluk hidup seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah minimum
dan maksimum. Dalam ekologi tumbuhan faktor lingkungan sebagai faktor ekologi
dapat dianalisis menurut bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari
faktor-faktor tersebut dikatakan penting jika dapat mempengaruhi atau
dibutuhkan, bila terdapat pada taraf minimum, maksimum atau optimum menurut
batas-batas toleransinya (Anwar,2009).
Tumbuhan untuk dapat hidup dan tumbuh
dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat
dan fosfat) dalam jumlah minimum. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai
faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas (Anwar,2004).
Faktor-faktor lingkungan penting yang
berperan sebagai sifat toleransi faktor pembatas minimum dan faktor pembatas
maksimum (Anwar,2004).
Pada dasarnya secara alami
kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor
lingkungan tertentu (seperti nutrien, suhu udara) sebagai kebutuhan minimum,
dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan
(Anwar,2004).
2.5. HUBUNGAN ANTARA EKOSISTEM MANGROVE,
LAMUN DAN TERUMBU KARANG
Hubungan keterkaitan ekosistem antara
mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli
ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem
tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian
yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove,
lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000),
di Pulau Curacao, Karibia (Syah,2012).
Ekosistem mangrove, terumbu karang,
dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam
nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa, dan
dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut
terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu. Yang jelas interaksi
yang harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta
sebentuk sinergi keseimbangan lingkungan (Marine Sciences, 2012).
Dampak manusia dan alam akan
mempengaruhi ketiga ekosistem ini. Ketiga ekosistem ini saling terkait satu
sama lain dan biasanya ke tiga ekosistem ini bersama-sama terdapat di sekitar
pesisir. Untuk itu penting bagi ketiga ekosistem ini untuk dilestarikan dan
dijaga secara sinergis sehingga terhindar dari kerusakan (Anwar,2004).
2.6. MANFAAT
2.6.1. EKOSISTEM MANGROVE
Menurut Furkonabels, 2012 fungsi ekologis
mangrove adalah :
·
Sebagai
peredam gelombang (termasuk gelombang tsunami), angin dan badai
·
Melindungi
daerah pantai dari bahaya abrasi
·
Sebagai
penyerap nutrien organik, penahan lumpur dan perangkap sedimen
·
Penghasil detritus yang merupakan hasil
dekomposisi dari serasah mangrove
·
Sebagai
daerah asuhan, mencari makan dan berkembangbiak ikan, udang dan hewan liar
lainnya. Bentuk Pengelolaan (manfaat dan konservasi).
Manfaat ekonomis diantaranya terdiri
atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang, kayu konstruksi, dll.) dan hasil
bukan kayu (hasil hutan ikutan dan pariwisata). Manfaat ekologis, yang terdiri
atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan
lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya :
·
Sebagai
proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang
·
Pengendali
intrusi air laut
·
Habitat
berbagai jenis fauna
·
Sebagai
tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang
·
Pembangun
lahan melalui proses sedimentasi
·
Pengontrol
penyakit malaria
·
Memelihara
kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air)
·
Penyerap
CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding tipe hutan lain
(Rokhmin,2010).
Berbagai tumbuhan dari hutan mangrove
dimanfaatkan untuk bermacam keperluan. Produk hutan mangrove antara lain
digunakan untuk kayu bakar, pembuatan arang, bahan penyamak (tannin), untuk
berbagai perabot rumah tangga, bahan kostruksi bangunan, obat-obatan, dan
sebagai bahan industri kertas (Nontji, 1987).
2.6.2. EKOSISTEM LAMUN
Menurut Romimohtatarto, 2009 secara
tradisonal lamun telah dimanfaatkan untuk :
·
Dianyam
menjadi keranjang
·
Dibakar
untuk garam, soda atau penghangat
·
Mengisi
kasur
·
Atap
rumbai
·
Bahan
upholstery dan kemasan
·
Digunakan
untuk pupuk atau kompos
·
Isolasi
suara dan suhu
·
Pengganti
benang dalam membuat nitroselulosa Pada zaman modern lamun dimanfaatkan sebagai
:
·
Penyaring
limbah
·
Stabilisator
pantai
·
Bahan
untuk pabrik kertas
·
Sumber
bahan kimia penting
·
Pupuk
dan fodder
·
Makanan
dan obat-obatan
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun
merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di
samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan
dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian
diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai
berikut:
1. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi
bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti
ekosistem terumbu karang.
2. Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel
berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun
(seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan
dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan– ikan karang (coral fishes).
3. Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang.
Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun
yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi.
4.
Sebagai pendaur zat hara
Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut.
Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan menurut Philips & Menez
(1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif.
ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
a. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen
yang dibawa melalui tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.
b. Daun-daun memperlambat dan mengurangi
arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
c. Memberikan perlindungan terhadap
hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
d. Daun–daun sangat membantu
organisme-organisme epifit.
e. Mempunyai produktifitas dan
pertumbuhan yang tinggi.
f. Menfiksasi karbon yang sebagian besar
masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
2.6.3. EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Menurut Yufrizal 2009, manfaat Terumbu
Karang untuk kita :
a. Sumber ikan dan makanan laut lainnya
yang mengandung protein tinggi.
b. Melindungi pantai dan penduduk dari
hantaman ombak dan arus.
c. Sumber penghasilan bagi nelayan
(tangkapan ikan).
d. Kekayaan pariwisata bahari yang
berdaya jual tinggi (memancing, menyelam, snorkeling)
e. Sumber kekayaan laut yang bisa
digunakan sebagai obat-obatan alami.
f. Sebagai laboratorium alam untuk
pendidikan dan penelitian.
Ekosistem terumbu karang memberi
manfaat langsung kepada manusia dengan menyediakan makanan, obat-obatan, bahan
bangunan, dan juga bahan lain. Lebih penting lagi, terumbu karang menopang
kelangsungan hidup ekosistem-ekosistem lain disekitarnya yang juga menjadi
tumpuan hidup manusia (Romimohtatrto,2009).
Fungsi Terumbu Karang adalah :
Bagaikan hutan lebat di daratan, Terumbu Karang merupakan rumah bagi ribuan
jenis hewan laut. Disini pula sebahagian jenis hewan laut berkembang biak,
membesarkan anak - anaknya serta mencari makan. Bagaikan tembok raksasa yang
kokoh, Terumbu Karang melindungi pantai dari gempuran ombak yang dapat
menyebabkan erosi dan rusaknya pantai. Bagaikan tumbuhan di darat, Terumbu
Karang menghasilkan oksigen (02) yang sang at dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup di perairan. Bagaikan pasar besar (supermarket), Terumbu Karang
menyediakan bermacam - macam jenis ikan, udang dan kerang - kerangan yang dapat
kita gunakan sebagai bahan makanan. Bagaikan taman yang indah, Terumbu Karang
merupakan tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi (LIPI &
Coremap,2012).
Terumbu karang merupakan pelindung
fisik terhadap pantai , bagaikan benteng yang kokoh. Apabila terumbu karang di
rusak, dihancurkan atau diambil maka benteng pertahanan pantai pun akan jebol.
Sebagai sumber daya hayati terumbu karang dapat pula menghasilkan berbagai
produk yang mempunyai nilai ekonomi yang penting seperti berbagai jenis ikan
karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara, dan sebagainya
(Nontji,1987).