Tujuan pembelajaran:
Mengenal beberapa
istilah yang digunakan dalam mempelajari laut, memahami beberapa
karakteristik lingkungan laut, keterkaitan antara laut dengan kehidupan
manusia di darat dan bagaimana manusia memperlakukan laut
Pemahaman dasar
ini ialah sebagai pengantar ketika membahas kera-gaman hayati laut,
perikanan, an-caman pada ekosistem laut dan Kawasan Konservasi Perairan.
|
LAUT DAN FUNGSINYA
1.1 Planet Laut
Tidak bisa dipungkiri, hampir
semua orang dewasa akan mengaku sudah mengenal laut dengan baik, bisa membuat
garis delineasi atau demarkasi antara yang disebut dengan laut dan darat, dan
memahami beberapa sifat dasar dari Laut. Mahasiswa perikanan, bahkan sudah
mendapatkan beberapa pelajaran lanjut tentang laut, kehidupan di laut dan
pengambilan sebagian sumber daya dari laut untuk kehidupan masyarakat di darat.
Teks ini tidak dimaksudkan untuk mengulangi sesuatu yang sudah sangat dipahami
oleh pembaca atau pengguna buku ini. Pembahasan tentang perikanan laut dan Kawasan
Konservasi Perairan akan selalu terkait dengan berbagai istilah yang
menjelaskan sifat dan karakteristik tentang laut. Untuk tujuan tersebut, Bab
ini diperlukan sebagai pengantar atau refresher,
untuk mengingat kembali pemahaman kita tentang laut. Bagi yang sudah mempunyai
pengetahuan lanjut dan sering berkecimpung dengan kehidupan di laut, bagian
pengantar ini mungkin sudah tidak diperlukan lagi.
Penampakan fotografi planet bumi
dari udara menunjukkan warna dominan biru. Warna biru ini terjadi karena warna
laut yang menutupi hampir 71% dari permukaan planet bumi. Walaupun sangat luas,
para ahli ternyata lebih tertarik untuk mempelajari bulan dibanding laut.
Mereka lebih memahami permukaan bulan dibandingkan dasar laut. Permukaan bulan
bisa terlihat dari bumi (dengan menggunakan paralatan bantu khusus). Sedangkan
dasar laut tertutupi oleh kegelapan dan menyimpan misteri bagi manusia. Laut
tidak mempunyai batas yang jelas. Pengembara di darat tidak pernah kehilangan
arah karena mengenal tanda-tanda darat (landmark). Mereka tidak akan mengalami
dis-orientasi. Di laut, tidak ada istilah landmark sehingga pelaut harus
mencari tanda-tanda alam agar tidak kehilangan arah. Kalau permukaan laut saja
kita tidak kenal, apalagi dasar laut. Sangat ironis kalau kita menyebut diri
memahami laut lebih dari pemahaman kita terhadap permukaan bulan.
Pada abad pertengahan, bangsa
Yunani konon memperkenalkan istilah Okeanos,
yang selanjutnya secara global disebut Ocean.
Kata ocean, pada beberapa teks di Indonesia, umumnya diartikan sebagai Laut,
dan pada teks ini kita akan selalu menggunakan istilah tersebut. Pada bagian
lain kita juga akan menemukan istilah Sea
dan Marine, yang juga diartikan
sebagai laut. Istilah marine digunakan
sebagai lawan kata dari terrestrial,
diterjemahkan sebagai daratan – Marine
Fisheries misalnya, ialah istilah yang menjelaskan kegiatan penangkapan
ikan di laut; sebagai antipodal dari Inland
Fisheries, ialah perikanan tangkap di
perairan umum (air tawar). Jelasnya, kata sea
dan marine ialah sinonim dari ocean,
artinya laut. Kata Ocean, pada bagian
lain, juga digunakan untuk menjelaskan pemisahan laut menjadi bagian lebih
kecil, menunjukkan karakteristik tertentu. Pada arti yang berbeda ini kita
sudah menyiapkan istilah Samudera (akan dijelaskan selanjutnya ketika membahas
hal terkait).
Bangsa Yunani membayangkan laut
sebagai sebuah sungai besar yang mengelilingi bumi. Definisi ini tentu saja
masih belum lengkap, dari pandangan manusia modern
saat ini. Namun, munculnya istilah okeanos,
harus diakui sebagai kemajuan besar untuk mulai melihat, mempelajari dan
memahami peranan Laut pada kehidupan manusia. Sebagai mahluk yang hidup di
darat, pengetahuan kita pada Laut, secara umum, harus kita akui masih sangat
terbatas. Seorang ahli dan praktisi bidang kelautan, Roberts Callum, memperkirakan kita baru memahami rahasia laut
sekitar 2% dari pengetahuan sesungguhnya. Jumlah spesies laut yang diketahui
dalam catatan ilmiah, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah temuan spesies
yang ada di darat. Sementara, teori yang cukup kuat menyatakan bahwa kehidupan
di bumi dimulai dari Laut.
Laut ialah seluruh badan air
asin yang saling berhubungan dan menutupi 70% (tepatnya 70,78%) dari permukaan
bumi. Jumlah ini tidak termasuk Danau Asin (Salt
Lake) yang tidak dinyatakan sebagai laut, berdasarkan definisi di atas. Air
pada permukaan bumi, dengan demikian, bisa dibedakan berdasarkan tempatnya,
ialah: air laut dan badan air yang ada di darat, selain Laut. Dari total badan
air yang menutupi permukaan bumi, 97% ialah air laut. Hanya sekitar 3% air di
bumi yang bukan air laut. Citra (image)
dari satelit terhadap planet bumi memperlihatkan warna dominan biru. Laut lebih
banyak menyerap spektrum cahaya selain biru; spektrum warna biru akan dipantulkan dan
tertangkap oleh citra satelit, yang menunjukkan identitas laut. Dari sisi luas
permukaan, laut jelas sangat dominan, namun kita tampaknya belum
menghargai laut sebagai mana mestinya. Kita mempergunakan istilah planet bumi,
bukan planet laut, dalam peradaban dan perkembangan pengetahuan manusia.
Secara geografis, manusia
membagi wilayah laut menjadi empat bagian kecil, masing-masing diberi identitas
sebagai Ocean, kita terjemahkan
sebagai samudera: Samudera Atlantic(k),
Samudera Hindia (menjelaskan istilah Indian
Ocean), Samudera Pasific(k) dan Samudera Artic(k).
Samudera Pasifik, pada beberapa teks,
juga dipisahkan dengan Samudera Antartik sehingga total menjadi lima samudera. Samudera
Pasifik ialah yang paling luas (50,1% dari luas laut), diikuti oleh Samudera
Atlantik (26,0%), Samudera Hindia (20,5%) dan Samudera Artik (3,4%). Di darat,
kita mengenal istilah continent,
diartikan sebagai benua, ialah daratan luas yang diskret dan idealnya, masing-masing
dipisahkan oleh laut. Berdasarkan kebiasaan atau konvensi (bukan kriteria
baku), kita mengenal tujuh benua, ialah: Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika
Selatan, Antartik(a), Eropa dan Australia. Pada catatan ini, kita bisa melihat
bahwa istilah benua dan samudera bisa saling dipertukarkan. Pada beberapa teks,
istilah continent (benua) dibuat
untuk menunjukkan kondisi antipodal (berlawanan) – Benua Eropa ialah antipodal dari Benua Australia. FAO (Food and Agriculture Organization) dari
PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), membagi wilayah perikanan menjadi tiga bagian
besar, ialah: Perikanan Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan Samudera
Atlantik. Masing-masing wilayah samudera dibagi lagi menjadi sub-wilayah yang
lebih kecil. Karena dibuat berdasarkan konvensi, dan dibuat untuk memudahkan
pemahaman masing-masing bidang kajian, perbedaan antara istilah samudera dan
benua tidak perlu diperdebatkan lebih lanjut.
Samudera sering digambarkan
sebagai badan air asin yang kontinyu, mengelilingi benua atau continent. Masing-masing samudera
mempunyai wilayah yang lebih dangkal, yang berbeda dengan wilayah di sekitarnya
secara fisik, kimiawi maupun biologis. Masing-masing wilayah bagian ini disebut
sea atau laut. Ahli-ahli geografi
membuat definisi, laut (sea) ialah:
pemisahan wilayah samudera menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
masing-masing, sebagian atau seluruhnya dipisahkan oleh daratan. Berdasarkan
definisi ini, paling tidak teridentifikasi terdapat 50 laut (seas) di dunia – Laut Arafura, Laut
Flores, Laut Jawa atau Laut Timor ialah ekspresi dari penjelasan istilah laut
sebagai bagian dari samudera.
Bay dan Gulf, keduanya diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia dengan satu kata,Teluk – Bay
dan Gulf, ialah laut yang hampir
seluruh bagiannya tertutupi atau terlindung oleh daratan – Gulf of Thailand ialah sebuah contoh yang cukup baik untuk memahami
istilah Gulf, atau teluk. Tidak ada
ketentuan internasional sampai saat ini, yang menyatakan ukuran relatif dari Bay atau Gulf. Secara umum berlaku aturan tidak baku, bahkan tidak mengikat,
ialah bahwa Gulf mempunyai ukuran
yang lebih besar dibandingkan dengan Bay.
Bay of Bengal sebenarnya mempunyai ukuran yang tidak lebih kecil dari Gulf of Thailand. Namun karena suatu
definisi yang bersifat arbitrari (tidak baku), nama Bay of Bengal tidak akan dirubah menjadi Gulf of Bengal, dan di Indonesia kita menyebut Teluk Bengali.
Sebaliknya Gulf of Thailand juga kita
sebut Teluk Thailand. Tomini dan Cendrawasih mungkin merupakan dua teluk yang
terbesar di Indonesia. Sesuai definisi, keduanya terlindung oleh daratan. Teluk
Pangpang (Banyuwangi) dan Teluk Waworada (Sumbawa), sebaliknya, berukuran jauh
lebih kecil dari Teluk Tomini dan Cendrawasih. Namun, keduanya juga terlindung
oleh daratan.
Berdasarkan kebiasaan, planet
bumi (bukan planet laut) dibedakan menjadi dua belahan bumi atau hemisphere, ialah: belahan bumi utara (northern hemisphere) dan belahan bumi
selatan (southern hemisphere). Jika
planet bumi dibelah pada bagian tengah, ialah equator, setengah bumi bagian atas disebut northern hemisphere, dan sebaliknya, southern hemisphere. Melalui pembagian ini, ditunjukkan bahwa lebih
dari 70% daratan terletak pada belahan bumi utara dan dihuni oleh sekitar 90%
penduduk dunia. Sebaliknya, lebih dari 80% belahan bumi selatan ditutupi oleh
laut, dan dihuni hanya oleh 10% penduduk dunia. Dengan cara yang sama, planet
bumi juga bisa dibedakan menjadi belahan timur (eastern hemisphere) dan barat (western
hemisphere). Namun kita sangat jarang menemukan pemisahan ini pada naskah
ilmiah untuk tujuan spesifik.
Luas
total permukaan laut ialah 361 juta km2, dengan rata-rata kedalaman
3.730 m dan total volume sekitar 1,347 miliar km3. Setiap
1 km3 air laut setara dengan berat 1,12 miliar ton dan mengandung 40
juta ton bahan terlarut. Aspek paling unik dari bahan terlarut pada air
laut ialah kadar garam, disebut juga salinitas. Salinitas ialah kandungan garam
yang terlarut – jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut dan
dinyatakan dalam per seribu (‰). Salinitas air laut umumnya bervariasi antara 33
sampai 38‰, dengan rata-rata sekitar 35‰. Salinitas 35‰ setara dengan ukuran
sekitar 3,5%, atau 35 g garam pada total 1 kg air laut. Lebih dari 90% garam
terlarut pada air laut berasal dari enam (6) elemen utama, ialah: chlorin (Cl-),
sodium (Na+), magnesium (Mg2+), sulfur (SO42-), calcium (Ca2+) dan potassium (K+). Dua elemen
penting lainnya ialah: bikarbonat
(HCO3-) dan bromin
(Br-). Komposisi masing-masing elemen
atau ion utama pada air laut ialah
sebagai berikut:
Jenis elemen/ion Total % pada
garam
(berdasarkan berat)
Chlorin (Cl-) 55,04
Sodium (Na+) 30,61
Magnesium (Mg2+) 3,69
Sulfur (SO42-) 7,68
Calcium (Ca2+) 1,16
Potassium (K+) 1,10
Bikarbonat (HCO3-) 0,41
Bromin (Br-) 0,19
Ketika
seseorang menyelam ke dalam air laut, tekanan air laut di sekitar kita, disebut
tekanan hidrostatik, akan meningkat. Tekanan
hidrostatik ditentukan oleh pengaruh
berat air yang ada di atas kita – tekanan air laut biasanya diukur dalam satuan
atmosphere; 1 atmosphere (atm) ialah
tekanan udara pada permukaan air laut. Tekanan air laut meningkat 1 atm untuk
setiap peningkatan kedalaman 10 m. Rata-rata kedalaman air laut ialah 3.798 m
(di bawah permukaan air laut). Tekanan hidrostatik
pada kedalaman tersebut ialah setara dengan 388 atm. Palung laut, terjemahan
dari istilah trench, ialah bagian
terdalam dari laut, sempit dan panjang (bisa mencapai ribuan km). Palung laut
terdalam, terdapat di Samudera Pasifik, disebut Mariana Trench, mencapai kedalaman 11.033 m. Tekanan hidrostatik
pada kedalaman tersebut mencapai 1.070 atm. Tanpa alat bantu khusus, manusia
tidak akan pernah mencapai dasar pada palung laut Mariana. Sebagai pembanding,
lembah terdalam di darat ialah Hell
Canyon yang terletak di Oregon, Amerika. Lembah tersebut mencapai kedalaman
maksimum 2.400 m. Lembah terdalam di laut ialah 4,6x lebih dalam dibandingkan
hal yang sama terdapat di darat.
Dasar laut,
pada beberapa tempat, mempunyai topografi yang bergelombang seperti di darat.
Laut juga mempunyai Sea Mount, atau Gunung
Laut, sebagian diantaranya tercatat masih aktif. Beberapa gunung laut tidak
terlihat karena berada di dalam laut. Sebagian lagi, gunung laut sudah muncul
ke permukaan darat. Gunung tertinggi, yang muncul dari dasar laut ialah Gunung
Mauna Kea, ditemukan di Hawai. Tinggi gunung Mauna Kea mencapai 10.200 m dari
dasar laut. Gunung tertinggi di darat ialah Mount
Everest, mencapai 8.848 m dari atas permukaan laut. Lembah terdalam, gunung
tertinggi ternyata ada di laut, bukan di darat.
Suhu air
laut berbeda dan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain, tergantung pada
kedalaman dan posisi lokasi (pada lintang bumi). Suhu air laguna dangkal yang
terisolasi bisa mencapai 37 °C, pada siang hari. Suhu air laut akan berubah
berdasarkan jauhnya jarak dari equator. Suhu air laut di sekitar equator
(diwakili oleh Indonesia) ialah antara 24 – 29 °C. Suhu air pada daerah kutub
ialah antara 0 – 4 °C. Sekitar 87% air laut mempunyai rata-rata suhu 4,40 °C. Thermocline ialah istilah untuk
menjelaskan suatu wilayah pada kedalaman air laut, dengan perbedaan suhu yang
tinggi. Semakin jauh ke dalam, suhu air laut menurun secara bertahap atau perlahan.
Pada thermocline, penurunan suhu
terjadi secara drastis dibanding wilayah di atas maupun di bawahnya. Thermocline bisa bersifat permanen atau
musiman. Thermocline permanen terjadi
ketika air laut di kutub, yang dingin, bergerak ke arah equator dan berada di bagian bawah. Thermocline musiman disebabkan oleh pengaruh sinar matahari. Ketika
suhu air permukaan cukup dingin, secara mendadak dia turun ke bawah dan kondisi
thermocline menghilang.
Gambar 1.1 Luas permukaan laut dibanding darat, pada permukaan
bumi (A); perbandingan luas permukaan diantara empat Samudera di Laut (B) (Sumber:
dimodifikasi dari Thurman & Trujilo, 2004. Introductory oceanography)
1.2 Berbagai wilayah di laut
Topografi
dasar laut dan wilayah air di atasnya bisa dibayangkan melalui ilustrasi
penampang melintang dari garis pantai ke arah laut, dibuat secara imaginer. Ilustrasi topografi imaginer
tersebut disajikan pada Gambar (1.2)
Coast-line atau garis pantai, ialah batas air laut terakhir
mencapai darat (pada beberapa teks, digunakan istilah shore-line, yang artinya sama dengan coast-line). Garis pantai secara praktis bersifat dinamis,
tergantung kondisi pasang surut, tide.
Setiap hari, setiap garis pantai mengalami air naik ke arah darat dan turun ke
arah laut. Pasang ialah ketika air laut datang dan naik ke arah darat. Surut
ialah sebaliknya, air turun ke arah laut. Besarnya pasang atau surut ditentukan
oleh umur bulan, ialah posisi bulan dan matahari pada bumi. Ketika keduanya
terletak dalam posisi satu garis pada bumi, menyebabkan gaya gravitasi terbesar
dan tercapai pasang tertinggi. Pasang tertinggi ini disebut pasang purnama,
terjemahan dari istilah spring tide.
Pada hari yang sama juga akan terjadi surut terendah. Perbedaan tinggi air
antara pasang dan surut di Indonesia, umumnya bervariasi antara 2 – 3 m. Ketika
posisi bulan dan matahari membentuk sudut terbesar pada bumi, gaya tarik bulan
dan matahari pada bumi minimal, dan tercapai pasang surut terendah, disebut neap tide atau pasang perbani (pada
kebanyakan teks, spring tide
diterjemahkan sebagai pasang perbani).
Gambar 1.2 Struktur topografi dasar laut, kedalaman,
kolom air di atasnya dan efektifitas sinar matahari (Sumber: dimodifikasi dari
Alaby, M., 2009. A Scientific History of
Oceans and Marine Life)
Zona littoral ialah wilayah (dasar laut) antara pasang tertinggi dan surut
terendah. Pada saat surut terendah, seluruh wilayah littoral akan terbuka dan tidak tergenangi air laut. Zona littoral merupakan wilayah dengan
variasi faktor lingkungan yang sangat bervariasi dalam waktu yang relatif
singkat. Organisme yang mampu tinggal pada wilayah littoral mempunyai mekanisme tertentu untuk beradaptasi terhadap
variasi lingkungan yang ekstrem. Beberapa jenis karang (coral colony – akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian keragaman
hayati) bisa bertahan hidup dan menempati wilayah pada ujung zona littoral. Daerah ini sering disebut
dengan istilah reef-crest, ialah
lokasi gelombang laut pecah di pantai.
Neritic(k) ialah kolom air paling atas pada laut, di atas
paparan benua. Zona neritic atau sublittoral, ialah wilayah dari batas
littoral sampai batas atas paparan benua (shelf), sampai kedalaman 20 – 50 m. Wilayah
neritik dan littoral ialah lokasi yang sangat penting sebagai pendukung
kehidupan organisme di laut. Formasi bakau, padang lamun, rumput laut dan
pantai berpasir ialah habitat dominan yang terdapat pada wilayah littoral. Semua jenis habitat tersebut
diketahui sangat penting untuk ikan dan avertebrata laut lainnya. Ikan kakap
putih, Lates calcalifer (Bloch,
1790), Lutjanus argentimaculatus
(Forsskål, 1775); ukon atau kerapu lumpur, Epinephelus
coioides (Hamilton, 1822); lencam, Lethrinus
nebulosus (Forsskål, 1775); beronang, Siganus
canaliculatus (Park, 1797) dan banyak lagi spesies ikan komersial
untuk bisa disebutkan di sini, sebagian atau seluruh hidupnya terkait dengan
habitat littoral.
Zona neritic atau sublittoral
juga merupakan wilayah yang sangat penting bagi keragaman hayati dan sumber
daya perikanan. Bagian atas dari zona
neritic, sampai kedalaman sekitar 20 m, ialah tempat untuk habitat terumbu
karang. Tempat yang sama juga dihuni oleh berbagai jenis ikan karang dan
ikan-ikan lain yang sebagian hidupnya tinggal pada terumbu karang. Hampir semua
jenis ikan karang termasuk kategori sangat komersial atau komersial, jika tidak
untuk tujuan konsumsi, dia bermanfaat untuk tujuan aquarium. Jenis ikan laut
yang menjadi perhatian utama untuk komoditas budidaya, hampir semuanya ialah
ikan-ikan karang. Live-reef fish trade
(perdagangan ikan karang hidup) dengan tujuan akhir Hongkong dan Singapura
sangat tergantung dari habitat neritic
ini. Hal yang sama juga berlaku untuk aquarium
trade fishes. Kedua jenis perdagangan ikan hidup ini mendapat perhatian
sangat serius dari pemerintah dan lembaga non-pemerintah terkait dengan
kontribusi ekonominya kepada masyarakat dan pemerintah, namun juga terkait
masalah kelestarian sumber daya ikan.
Istilah contonental shelf, diterjemahkan sebagai
paparan benua, ialah wilayah dasar perairan dari zona neritik sampai kedalaman
200 m. Wilayah ini dicirikan dari dasar lumpur, pasir atau berbatu (rock) dengan asumsi sinar matahari
efektif hanya sampai pada kedalaman 200 m. Paparan benua ialah dasar yang
hampir datar, dengan kemiringan < 1°, menurun ke arah laut lepas. Dia
menerima sedimen, nutrien dan berbagai bentuk bahan
organik lain dari daerah di sekitarnya. Sumber utama sedimen umumnya berasal
dari sungai atau pantai di atasnya. Paparan benua juga menjadi tempat
pembuangan limbah, lokasi penambangan atau pengeboran minyak. Dia ialah tempat
yang paling sibuk dan paling banyak mendapat tekanan oleh aktifitas manusia di
darat.
Paparan
benua ialah dasar laut yang relatif datar, menjadi perangkap bahan organik dari
pantai, kaya dengan nutrien dan sinar matahari relatif sampai di dasar.
Kombinasi dari empat faktor tersebut menyebabkan paparan benua menjadi tempat
berbagai jenis kehidupan di laut. Paparan benua, bersama wilayah di atasnya (littoral dan neritik) merupakan tempat dari 80% flora dan fauna laut. Wilayah
ini menghasilkan 90% dari total hasil tangkap perikanan (ikan dan komoditas
perikanan lainnya) di dunia. Pada beberapa wilayah tertentu, paparan benua
ialah tempat untuk penambangan minyak, gas alam dan deposit mineral – semuanya berada pada wilayah sekitar 8% dari
dasar laut di dunia.
Di bawah
paparan benua, ialah continental slope
atau lereng benua, mulai dari kedalaman 200 m sampai 700 – 1.000 m. Kemiringan
pada lereng benua jauh lebih tajam dibandingkan pada paparan benua, umumnya
antara 3 – 6°. Kedua wilayah, paparan benua dan lereng benua sering disebut
dengan landas kontinen. Lereng benua
umumnya relatif sempit dengan kemiringan tajam, lebarnya bervariasi antara 6 –
10 km. Beberapa teks menyatakan bahwa landas kontinen di laut juga menjadi
bagian dari landas kontinen di darat.
Namun pembahasan ini ialah bidang politik terkait garis batas antar negara
bertetangga. Wilayah di bawah lereng benua berturut turut, ialah: bathyal, abyssal dan hadal (Gambar
1.2). Pada konteks perikanan laut dan kawasan konservasi perairan, ketiga
wilayah dasar laut ini tidak akan disinggung atau dibahas secara detail. Dia
ialah bidang kajian laut dalam, dasar laut atau geologi dasar laut.
Wilayah
kolom air di atas dasar laut disebut pelagic(k).
Seperti telah disebutkan, neritik
ialah kolom air paling atas pada laut, di atas paparan benua. Oseanic(k) ialah wilayah kolom air
paling atas pada bagian laut lepas (terbuka), dari batas neritik. Ikan pelagik oseanik,
dengan demikian, ialah jenis ikan yang bermigrasi luas, di luar wilayah neritik. Sebaliknya, ikan neritik berada di dekat pantai. Secara
vertikal, wilayah pelagik (kondisi yang ekstrem) bisa dibedakan menjadi zona photic(k) dan zona aphotic(k). Zona photik
atau disebut juga euphotik, ialah
wilayah pada air laut secara vertikal, dari permukaan sampai pada kedalaman
sekitar 200 m, mendapat sinar matahari secara optimal untuk melakukan photosyntesis. Hampir semua organisme
tergantung, secara langsung atau tidak langsung, dari produksi tumbuhan dari
wilayah ini. Kolom air pada wilayah photik
disebut juga dengan istilah epi-pelagik. Aphotic(k)
ialah wilayah pada air laut secara vertikal, berada di bawah zona euphotic, tidak mendapat penetrasi
sinar matahari secara optimal. Dia terbagi atas wilayah: meso-pelagik, bathy-pelagik,
abyssal-pelagik dan hadal-pelagik. Wilayah meso-pelagik, pada beberapa teks, juga
disebut dengan istilah twilight zone.
Dia menerima sinar matahari, namun dalam jumlah yang tidak optimal bagi
tumbuhan untuk melakukan photosyntesis.
Sebagian organisme laut juga tinggal pada wilayah meso-pelagik. Ketika mencari makan, dia akan bergerak ke atas,
wilayah epi-pelagik. Dia juga bisa
menerima jatuhan material atau organisme mati yang tenggelam ke bawah.
1.3 Laut – Awal Kehidupan
Tanpa laut, tidak akan ada
kehidupan di bumi – pendapat beberapa ahli. Temuan para peneliti menghasilkan beberapa
teori tentang awal kehidupan di bumi. Beberapa juta tahun lalu, kehidupan
diduga dimulai dari bawah laut (air), dari wilayah laut dangkal atau laut dalam
(hydrothermal vent). Mahkluk hidup
kemudian berkembang, mencapai pinggir laut, dan mencari jalan sendiri ke arah
darat. Jika teori ini benar, ialah sangat menakjubkan bahwa semua mahkluk hidup
di darat maupun di laut, yang ada saat ini, berasal dari laut. Pandangan
tersebut di atas tidak bermaksud untuk mengundang debat diantara pembaca dan
pengguna tentang awal kehidupan. Namun, paling tidak, kita diajak untuk mulai
melihat dan memahami laut secara lebih mendalam. Bagi sebagian besar dari kita,
laut ialah tempat yang indah, menakjubkan, sekaligus menakutkan, dan pada saat
yang sama tidak kita mengerti. Alasannya bisa kita mengerti, atau bahkan sangat
jelas – kita tidak bisa melihat ke dalam laut sejauh yang kita inginkan. Kita
perlu menyelam ke dalam laut. Karena keterbatasan fisik, kita hanya mampu
menyelam sampai pada kedalaman tertentu dan dalam periode waktu tertentu. Kita
hanya tahu laut di bagian pinggir, sangat sedikit dari sebegitu luasnya lautan.
Itupun kita lakukan dengan resiko kecelakaan yang relatif tinggi – keracunan nitrogen, tekanan hidrostatik yang bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan
kelumpuhan, kalau tidak hati-hati atau melewati batas kemampuan fisik manusia.
Teori evolusi modern menyatakan bahwa kehidupan di bumi berkembang dari
materi non-hidup, sekitar 4 miliar
tahun yang lalu. Fosil yang diduga merupakan bentuk kehidupan pertama di bumi
berumur 3,6 miliar tahun dan diduga berasal dari laut. Ada tiga alasan yang
mendukung teori ini, ialah:
·
Hampir semua mahkluk hidup tersusun atas, paling tidak 70%
air. Pada saat itu, air di darat sangat terbatas, sebaliknya, sangat melimpah
di laut
·
Air menyerap radiasi
ultraviolet (UV) yang berbahaya. Hampir semua radiasi UV diserap habis pada kedalaman beberapa meter pertama dari
permukaan air laut. Sedangkan lapisan di bawahnya memungkinkan untuk
terbentuknya kehidupan. Bahaya radiasi ozon menurun pada sekitar satu miliar tahun
terakhir, jauh setelah bentuk kehidupan berkembang;
·
Air tawar mengandung bahan terlarut yang relatif rendah atau
sedikit. Air laut, sebaliknya, mempunyai konsentrasi bahan terlarut tinggi, dan
total konsentrasi tersebut sama dengan kandungan pada berbagai bentuk kehidupan
yang sederhana, seperti mikroba, hewan atau tumbuhan lainnya.
Planet bumi diduga mulai
terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Sejak 3,5 miliar tahun yang lalu,
planet bumi mulai diisi oleh bentuk kehidupan. Mulai sekitar 3 miliar tahun
yang lalu, mahkluk yang tinggal di laut mendominasi kehidupan di bumi. Sejak
500 juta tahun yang lalu, kehidupan di darat (terestrial) mulai berkembang dengan pesat.
3,5 – 4,0 miliar tahun yang
lalu: evolusi kimiawi selama periode ini menyusun berbagai bahan yang
dibutuhkan untuk kehidupan, seperti protein,
polysaccharida (gula kompleks) dan asam nukleat
(DNA dan RNA). Bentuk pertama kehidupan di bumi diduga dimulai dari sejenis
bakteri yang berkembang karena pengaruh gas oksigen;
2,0 – 2,5 miliar tahun yang
lalu: mulai terjadi proses photosyntesis,
sebuah kemampuan mahkluk hidup untuk menyusun bahan organik dari energi sinar
matahari. Sebagai hasil samping proses photosyntesis,
mahkluk hidup menghasilkan atau mengeluarkan oksigen. Sejak 2,0 miliar tahun
yang lalu, oksigen mulai terakumulasi pada atmosphere.
0,8 – 1,0 miliar tahun yang lalu:
mulai berkembang mahkluk eukaryot
(sel kompleks yang mengandung sebuah nucleus
dan organel yang terikat pada membran. Penyelidikan fosil menunjukkan bahwa
organisme multi-sel mulai berkembang
sejak 850 juta tahun yang lalu
500 – 600 juta tahun yang lalu:
lapisan ozon
mulai menyelimuti bumi dan bumi menjadi lebih dingin. Kondisi ini menyebabkan
berkembangnya diversivikasi kehidupan. Sejak 500 juta tahun yang lalu berbagai
bentuk makhluk
hidup di laut mulai berkembang.
Sejak 500 juta tahun lalu:
lapisan oksigen pada atmosphere membentuk lapisan ozon yang cukup dan kuat dan
menyerap sebagian besar sinar ultra-violet.
Kondisi ini mendorong berkembangnya berbagai bentuk kehidupan di darat. Alga,
avertebrata (hewan non-tulang
belakang), kemudian vertebrata (hewan bertulang belakang) mulai menempati
daratan. Antara 65 – 500 juta tahun lalu, terjadi beberapa kali kepunahan mahkluk
hidup, sebelum kehidupan modern mulai berkembang.
1.4
Manfaat Laut Bagi Kehidupan di Darat
Laut, sejak dulu sudah menjadi
sumber daya alam yang penting bagi manusia. Air menjadi media yang cocok dan menyediakan
kehidupan untuk dimanfaatkan oleh manusia sejak berabad-abad lamanya. Pada saat
yang sama, aktifitas manusia telah merubah kehidupan di laut: pengambilan
berlebih, pengambilan dengan cara yang tidak ramah pada laut, kegiatan di darat
yang menyebabkan erosi di pantai dan polusi mengancam kehidupan dan habitat
tempat hidup mahkluk di laut. Kita perlu menjaga agar laut tetap berada pada
kondisi seimbang karena manusia akan terus tergantung dari laut, jika kita ingin
tetap bertahan sebagai spesies.
Penangkapan
ikan atau perikanan laut, ialah bentuk paling tradisional dari usaha untuk
memanfaatkan laut sebagai sumber daya, bagi kehidupan manusia di darat. FAO
menyajikan perkiraan bahwa ikan menyediakan sekitar 20% kebutuhan protein bagi
50% penduduk dunia. Permintaan atau kebutuhan akan terus meningkat dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Permintaan atau demand yang mendesak telah memaksa
pengambilan ikan dari laut secara berlebihan, melebihi kemampuan alami ikan
untuk memulihkan populasi. Sebagian kebutuhan ikan, saat ini dipenuhi dari budidaya
(aquaculture), baik yang dilakukan di
darat, wilayah pasang surut (tambak) maupun budidaya laut. Permintaan yang
mendesak, memaksa budidaya untuk melakukan intensifikasi
(melalui teknologi) maupun ekstensifikasi dengan memperluas area budidaya.
Intensifikasi dilakukan dengan menambah pemberian input dari luar untuk
mendapatkan output yang maksimal. Belakangan kita menyadari bahwa penambahan
faktor input menyebabkan in-efisiensi
yang mengakibatkan polusi dan akhirnya terakumulasi di laut. In-efisiensi yang berdampak negatif ini
terjadi baik pada budidaya air tawar di darat maupun usaha budidaya di laut.
Kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi yang dilakukan pada
budidaya tambak berdampak ganda, double-blow
effect. Ekstensifikasi budidaya
dilakukan melalui konversi lahan (hutan bakau) yang secara alami sangat
dibutuhkan, bahkan vital bagi kehidupan alami di laut. Intensifikasi selalu menghasilkan limbah, yang terpaksa harus
diterima oleh laut. Teknologi untuk eksploitasi sumber daya dari laut tampaknya
akan terus berkembang. Namun sayangnya, secara kontinyu, teknologi menyebabkan penurunan kemampuan laut dalam
menyediakan sumber daya.
Laut
mengandung sumber mineral yang penting bagi manusia – sebanyak 73 jenis dari 93
mineral alam yang ada di laut sudah diketahui pada konsentrasi yang bisa
diukur. Natrium chlorida, magnesium
dan bromine ialah tiga komponen
mineral yang umum diekstraksi dari laut. Laut mengandung iodium (iodine) dan merupakan komponen esensial bagi kehidupan manusia. Iodium,
tersedia atau terakumulasi pada tumbuhan rumput laut (seaweed), selanjutnya secara mudah bisa diekstraksi oleh manusia. Kebutuhan kita akan iodium juga bisa
didapat dari garam alami laut.
Nodule Mangan ialah
sumber mineral mangan, cobalt dan elemen lain dari laut yang
hampir tidak pernah habis. Mas, mutiara dan logam berat lainnya terkonsentrasi
di wilayah neritik melalui bantuan
gelombang pantai. Besi sulfida
terkumpul pada wilayah antara paparan benua dan dasar laut yang lebih dalam.
Bijih dan pasir besi terkumpul pada wilayah dekat pantai (neritik). Penambangan pasir besi sudah sangat terbiasa kita lihat,
dilakukan oleh berbagai perusahaan swasta maupun pemerintah. Di bawah dasar
laut, terdapat deposit minyak dan gas yang persediaannya dipercaya lebih banyak
daripada yang tersedia di darat. Sebagian besar minyak dan gas alam cair yang
kita gunakan sehari-hari berasal dari pengeboran lepas pantai – Laut ialah satu
satunya tempat pada planet bumi untuk mencari hampir semua kebutuhan manusia.
Bahkan pasirpun kita tambang dari laut – kita telah mengambil faeces atau kotoran dari ikan kakatua
(famili: Scaridae) untuk dijadikan salah satu sumber bahan dan sumber mata
pencaharian masyarakat, bahkan sumber pendanaan pemerintah. Kita tentu saja
ingat dengan peristiwa pengambilan pasir laut dari wilayah Sumatera dan dijual
ke Singapura.
Beberapa
tempat di dunia, ialah wilayah dengan air tawar yang sangat terbatas.
Keterbatasan air tawar, sementara terdapat sumber bahan bakar yang cukup murah,
manusia melakukan proses desalinasi
air laut menjadi air tawar, untuk memenuhi kebutuhan akan air bagi tubuh
manusia – lebih dari 70% tubuh kita ialah air. Proses desalinasi bertingkat ialah satu diantara berbagai cara yang
dipilih untuk mendapat persediaan air tawar, dari air laut – air laut dialirkan
ke dalam kondenser, pada tekanan
rendah dan suhu 60 °C. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam kondeser kedua pada suhu 71 °C, dilanjutkan dengan desalinasi ketiga pada suhu 82 °C. Uap
air yang dihasilkan dialirkan pada pipa tersendiri dan suhunya diturunkan – uap
air segera menjadi air tawar. Desalinasi
juga bisa dilakukan pada suhu rendah, seperti kita ketahui dalam bentuk
bongkahan es di kutub, selalu tawar.
Proses desalinasi untuk mendapatkan sumber air
tawar sudah dilakukan oleh lebih dari 100 negara di dunia. Saudi Arabia
tercatat menghasilkan sekitar 24% dari seluruh kapasitas produksi air tawar yang
dilakukan di dunia. Desalinasi,
secara ekologis, bisa dikatakan lebih bersifat ramah lingkungan. Bandingkan
kalau kita mengambil sumber air tawar dari air tanah di bawah lapisan aquifer. Lahan permukaan akan turun ke
bawah (walaupun secara bertahap), karena terdapat kekosongan lapisan tanah di
bawahnya. Semarang dan Jakarta ialah dua kota di Indonesia yang diduga sudah
berada di bawah permukaan laut. Desalinasi,
jika dilakukan secara berlebihan, juga potensial berdampak negatif. Hasil
samping (by-product) dari desalinasi ialah air yang mengandung
kadar garam sangat tinggi, disebut hypersaline
water. Membuang hypersaline water
langsung ke laut akan berdampak negatif bagi organisme laut.
Memisahkan
garam dari air laut, konon sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Pemisahan
garam dari air laut dilakukan dengan cara menguapkan air laut melalui proses
pemanasan sinar matahari (sun drying).
Pemisahan garam dari air laut juga bisa dilakukan melalui proses pembekuan,
namun proses ini memerlukan energi yang tidak murah. Mangan ialah metal ringan yang banyak digunakan dalam proses
anti-korosi dan pembuatan mesiu. Bromine dipergunakan dalam proses
pembuatan obat, photography, bahan
pemutih dan proses metalurgi – tercatat lebih dari 70% kebutuhan dunia akan bromine diekstrak dari laut. Kedua
elemen ini diekstrak melalui proses kimia yang relatif rumit, namun tetap
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kita.
Setiap
hari, air laut akan naik ke arah darat, selama beberapa lama dan kembali ke
laut. Seperti sudah kita ketahui, proses ini disebut pasang surut. Bersama pergerakan
air, pasang surut membawa energi alamiah, yang salah satunya digunakan untuk
menggerakkan turbin pembangkit listrik. Secara praktis, turbin listrik harus
ditempatkan pada wilayah diantara pasang surut dengan perbedaan pasang > 3 m.
Perhitungan ahli mendapatkan bahwa kekuatan energi pasang surut dunia (per
hari), setara dengan energi ledakan nuklir seberat 50 megaton. Laut bisa menyerap dan menyimpan energi matahari, satu
diantara simpanan energi matahari ialah panas. Tempat-tempat tertentu di dunia,
terutama di wilayah tropis seperti Asia Tenggara, perbedaan suhu antara
permukaan dan laut di bawahnya bisa mencapai 20 °C. Air panas dekat permukaan
bisa digunakan untuk menguapkan amonia cair. Energi yang dihasilkan digunakan
untuk menggerakkan turbin listrik. Amonia tersebut dipadatkan lagi melalui suhu
rendah dengan menggunakan air laut di bagian bawah yang dingin. Amonia cair
tersebut dialirkan kembali ke dalam pipa dengan suhu lebih panas, dan proses
pergerakan turbin bisa dilakukan secara terus menerus. Proses kondensasi amonia menjadi cair dilakukan
pada kedalaman sekitar 600 – 1.000 m dari permukaan laut tropis.
Teks ini
akan menjadi sangat panjang untuk membahas berbagai jenis pemanfaatan sumber
daya laut yang sudah dan bisa dilakukan oleh manusia, untuk memenuhi kebutuhan di
darat. Kita tidak akan menelusuri masing-masing bentuk pemanfaatan tersebut
secara detail, pada bab selanjutnya. Fokus kita akan ditujukan pada dampak
aktifitas penangkapan ikan pada laut dan memperkenalkan konservasi sebagai alat
pengelolaan perikanan laut yang lebih efektif. Namun, paling tidak, teks ini
bisa menyegarkan ingatan kita secara lebih komprehensif tentang berbagai
manfaat laut untuk kehidupan.
Sumber bacaan utama:
Allaby, M., 2009. Oceans: A Scientific History of Oceans and
Marine Life. New York, USA, Facts on File.
Lee, G., & J. Stokes, 2006. Marine Science: An Illustrated Guide to
Science. New York, USA, Chelsea House.
Ringkasan:
1.
Manusia memberikan sebutan “Earth” atau Planet Bumi, bukan Planet Laut. Apa alasan logis dari penamaan ini?
2.
Karakteristik apa yang membedakan antara kolom air neritik dan oseanik?
3.
Bagian mana dari wilayah di laut yang dihuni oleh paling
banyak organisme laut? Mengapa hal itu bisa terjadi?
4.
Laut menampung sumber daya yang dimanfaatkan oleh manusia di
darat untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan (sumber makanan) –
sebutkan jenis-jenis sumber daya yang termasuk dalam kategori ini
5.
Laut juga mengandung energi fosil yang bisa dimanfaatkan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan sumber energi – sebutkan jenis-jenis
sumber daya yang termasuk dalam kategori ini
6.
Laut ialah ekosistem bagi kelangsungan salah satu sumber
daya kontinyu yang kita gunakan di darat – sebutkan jenis sumber daya tersebut
7.
Laut mempunyai potensi energi yang jumlah totalnya setara
dengan ledakan nuklir 50 megaton per hari. Energi tersebut bisa digunakan untuk
menggerakkan turbin menjadi turbin listrik. Sumber potensi energi mana yang
dimaksud?
8.
Jika bumi dibelah menjadi dua bagian yang sama (di daerah
equator) maka terdapat Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) dan Belahan
Bumi Selatan (Southern Hemisphere). Belahan Bumi Utara dihuni oleh sekitar 90%
penduduk dunia. Sedangkan Belahan Bumi Selatan hanya ditempati oleh sekitar 10%
penduduk dunia sisanya. Bagaimana kecenderungan ini bisa terjadi?
9.
Secara anecdotal pemerhati laut menyatakan bahwa manusia
lebih tertarik untuk mengetahui bulan dibandingkan untuk mempelajari dasar laut
kita yang lebih dekat. Kondisi apa yang menyebabkan kecenderungan ini terjadi?
10.
Tanpa laut, tidak akan ada kehidupan di bumi – pendapat
beberapa ahli. Bagaimana prosesnya sehingga mereka sampai pada kesimpulan ini?