LAporan Oaseanigrafi Ilmu kelautan


LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI


Disusun oleh :
Kelompok 18






FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI

Disusun oleh :
Kelompok 18


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Oseanografi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Praktikum Oseanografi dan Lulus Mata Kuliah Oseanografi

Malang,24 Mei 2014
Koordinator Asisten                                                                   Asisten Pendamping


    Yogha Rionaldy                                                                     Rainey Windayati
NIM.115080401111024                                                       NIM.125080601111025

Mengetahui,
Dosen Pengampu


M.A Zainul Fuad, S.Kel
NIP. 198010052005011002



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ketik Oseanografi ini untuk memenuhi tugas praktikum lapang Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing mata kuliah Oseanografi yang telah membimbing kami dengan pemberian materi di dalam kelas. Serta semua pihak yang telah membantu menyiapkan, memberikan masukan dan menyusun laporan ini.
Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan kekurangan kami di masa yang akan datang dan semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.



Malang, 24 Mei 2014


Tim Penyusun











DAFTAR TABEL

 

Tabel 3 Hasil Pengukuran Tinggi Gelombang....................................................... 23
Tabel 4 Hasil Pengukuran Periode Gelombang.................................................... 24



BAB I PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan.Secara sederhana oseanografi ilmu yang mempelajari tentang perairan laut, yang mencakup pengetahuan tentang faktor biotik dan abiotik serta interaksi yang terjadi diantaranya. Perairan laut adalah suatu badan air yang berhubungan dengan lautan (Nontji,2007).
Untuk mengetahui apakah terdapat suatu keseimbangan antara faktor biologi dan habitatnya, yaitu organisme dengan faktor-faktor fisika dan kimia suatu perairan serta kondisi fisik alam dalam perairan diperlukan pengetahuan tentang ukuran faktor-faktor tersebut secara kualitatif dan kuantitatif (Romimohtarto,2009).
Beberapa faktor lingkungan penentu perairan diperanguhi pengelolaan dan kelansungan hidup, kondisi fisik alam, pertumbuhan, atau reproduksi organism akuatik dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Namun disini kita akan membahas tentang faktor fisika dan kimia perairan.
Faktor kimia meliputi : Salinitas dan PH sedangkan faktor fisika meliputi : Pasang surut, gelombang, arus,kecerahan dan suhu (Hutabarat dan Evans,1985).

1.2.Maksud dan Tujuan

Kegiatan pratikum lapang ini bermaksud untuk menciptakan mahasiswa yang unggul dan berkualitas. Dengan adanya penelitian dan pengajaran secara langsung ini diharapkan mahasiswa dapat mandiri dalam mengelola potensi perikanan dan kelautan.
Praktikum kali ini bertujuan menganalisa dan mengenal parameter apa saja yang menjadi penentu ukuran kualitas dari suatu perairan terutama pada perairan yang sudah ditentukan sebagai lokasi praktikum.
Sedangkan manfaatnya adalah agar para mahasiswa atau praktikan dapat mengetahui kondisi fisik pada suatu perairan dan juga dapat menghitung nilai parameter fisika dan kimia di perairan tersebut.

1.3.Waktu dan Tempat

            Kegiatan praktikum mata kuliah oseanografi dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan, Probolinggo.Kondisi tempat praktikum cukup ramai karena merupakan pusat perikanan di daerah tersebut.Selain itu ,tempat tersebut juga merupakan sarana rekreasi bagi para warga yang ingin melihat suasana pantai pada waktu sore hari.
            Kegiatan praktikum mata kuliah oseanografi dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Mei 2014 pukul 10.30 WIB.Berangkat dari Universitas Brawijaya pada pukul 07.00, perjalanan menuju tempat praktikum sekitar 3 jam dan sampai di Pelabuhan Perikanan Mayangan, Probolinggo sekitar pukul 10.00.
                       











BAB II  TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Perairan Laut

Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata Yunani: oceanus (samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi  mempunyai  arti  deskripsi  tentang samudera.  Tetapi lingkup  oseanografi  pada  kenyataan  lebih  dari  sekedar  deskripsi tentang samudera, karena  samudera sendiri akan melibatkan berbagai disiplin  ilmu jika  ingin  diungkapkan (Supangat dan Susanna, 2008).
Indonesia adalah negara kepulauan yang mana dua per tiganya dikelilingi oleh laut (Lihat Gambar 1).  Air laut merupakan bahan baku utama dalam produksi garam (NaCl). Dari hasil analisa air laut banyak  mengandung  unsur-unsur  seperti  Ca,  Mg,  SO4,  K  yang  dapat menurunkan  kualitas  garam  dalam  air. Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Senyawa-senyawa  terlarut  yang  secara kolektif  disebut  garam.  Dengan  kata lain  96,5%  air  laut berupa air murni dan  3,5%  zat  terlarut.  Banyaknya  zat terlarut disebut salinitas.  Zat  terlarut  meliputi  garam-garam anorganik.  Fraksi  yang  terbesar  dari bahan yang terlarut terdiri dari garam-garam  anorganik  yang  berwujud  ion. Enam ion anorganik (klor, natrium, belerang, magnesium, kalsium, dan kalium) merupakan komponen utama (99,28%) berat dari  bahan anorganik padat. Empat ion lainnya (Bikarbonat, Bromida,  Asam  borat,  Stronsium) menambah  0,71%  berat  hingga sepuluh ion  bersama-sama sebagai zat terlarut  dalam air laut (Nybakken,  J. W, 1985).

Gambar 1 Perairan Laut Indonesia

Keberadaan ekosistem yang kompleks dalam suatu perairan laut, pola aliran arus antar pulau yang dinamis dan aktifitas di kawasan laut mempunyai pengaruh terhadap kandungan zat hara serta pola sebarannya. Kandungan zat hara di suatu daerah perairan selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung pada keadaan sekelilingnya, seperti sumbangan dari daratan melalui sungai serta serasah mangrove dan lamun. Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada kandungan zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat. Senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuhtumbuhan, sisa-sisa organism mati dan buangan limbah baik limbah daratan seperti domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara                      (Ulqodry,2011).
Fenomena  dinamika yang terjadi di lautan seperti  pasang  surut,  arus,  transport  massa,  dan sebagainya,  termasuk  fenomena-fenomena  yang  belum  terungkap  secara  lugas, contohnya  fenomena  el  nino  dan  la  nina (Lihat Gambar 2),  dibutuhkan  informasinya  oleh  banyak Negara.  Semua  fakta  di  atas  mengukuhkan  pentingnya  samudera  bagi  kehidupan nasional, regional, dan internasional. Dan ini juga mengukuhkan pentingnya disiplin ilmu  oseanografi  untuk  lebih  dilirik,  dipahami,  bahkan  didalami  oleh  para intelektual yang meminatinya (Mahatma, 2011).

Gambar 2 Fenomena El Nino dan La Nina

2.2.Parameter Fisika

2.2.1 Suhu

Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut. Menurut (Pujiastuti,2008) mengatakan bahwa suhu adalah salah satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut dalam air.
Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemin. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor - faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies - spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama monsun pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan dan fishing ground secara periodik (Reddy, 1993).
Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 26°C – 30°C. Di perairan Indonesia, suhu maksimum terjadi pada musim pancaroba I (sekitar April – Mei) dan musim pancaroba II (sekitar November). Pada saat tersebut angin relatif lemah sehingga proses pemanasan di permukaan terjadi lebih kuat. Tingginya intensitas penyinaran dan dengan kondisi permukaan laut lebih tenang menyebabkan penyerapan panas ke dalam air laut lebih tinggi sehinga suhu air menjadi maksimum. Sebaliknya pada musim barat (Desember – Pebruari) suhu mencapai minimum. Hal ini disebabkan karena pada musim tersebut kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan yang tinggi. Tingginya curah hujan yang berarti intensitas penyinaran relatif rendah dan permukaan laut yang lebih bergelombang mengurangi penetrasi panas ke dalam air laut, hal inilah yang mengakibatkan suhu permukaan mencapai minimum. (Brotowidjoyo, dkk, 1995).

           



2.2.2.Kecepatan Arus

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Gerakan air dipermukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya (Hutabarat,1985).
Arus permukaan laut umumnya digerakkan oleh stress angin yang bekerja pada permukaan laut. Angin  cenderung mendorong lapisan air dipermukaan laut dalam gerakan angin. Arus laut juga dapat terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara tempat yang satu dengan yang lain. Perbedaan tekanan ini terjadi sebagai hasil adanya variasi densitas air laut dan slope permukaan laut. Gaya akibat perbedaan tekanan di sebut gaya gradient tekanan (Azis, 2006).
Menurut Hutabarat (1985), gerakan air di permukaan laut di sebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lain, yaitu:
a.            Bentuk topografi dasar
b.            Gaya coriolis dan Arus ekman: gaya coriolis membelokkan arah pergerakan massa air sebagai akibat dari rotasi bimi. Penyebab ini membentuk sebuah spiral yg disebut spiral ekman
c.            Perbedaan-perbedaan tekanan air: air mengalir dari tempat bertekanan tinggi ke tekanan rendah.

2.2.3.Kecerahan

Faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan dalam air laut antara lain lumpur dan mikroorganisme (fitoplankton), sehingga tingkat kecerahan suatu perairan sangat mempengaruhi intensitas cahaya yang terserap dalam kolom air di perairan tersebut (Sediandi, 2003).
Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman lautan. Pada perairan yang dalam dan jernih proses fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan – bahan yang melayang – layang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat pantai penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran tanaman hijau di sini hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40 meter (Hutabarat, 1985).
Kecerahan perairan merupakan kebalikan dari kekeruhan, Kecerahan air memberikan petunjuk tentang daya tembus atau penetrasi cahaya ke dalam air laut. Bird dan Benson (1987) menyatakan bahwa kecerahan untuk budidaya algae Kappaphycus alvarezii lebih besar dari 5 meter. Perairan yang keruh mempunyai banyak partikel-partikel halus yang melayang didalam air dan banyak partikelpartikel tersebut menempel pada thallus, sehingga dapat menghambat penyerapan makanan dan proses fotosintesis.

2.2.4 Pasang surut

Hampir di setiap perairan pantai terjadi kenaikan maupun penurunan permukanair laut dalam hitangan jam maupun hari. Dimana air pantai yang turun disebut dengan surut, dan air pantai yang naik dikenal dengan nama pasang. Fenomena ini disebut dengan pasang surut air laut. Peristiwa ini di sebabkan oleh gayatarik benda-benda angkasa yang menyebabkan terjadinya kenaikan atau penurunan permukaaan air laut. Dimana dalam satu hari bumi berputar satu kali penuh dan bulan menarik massa air laut hal ini mengakibatkan gaya sentrifugal yang menyebabkan hal ini terjadi (Hoffman,2010).
Pasut merupakan fenomena pergerakan air laut yang di akibatkan oleh beberapa factor antara lain di akibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda langit. Selain itu pasang surut juag di sebabkan oleh pengaruh gaya tarik menarik anatar massa  umi dan massa benda-banda langit terutam matahari dan  baulan. Gaya tarik ini berbanding lurus dengan massanya dan berbanding tebalik denga kuadrat jaraknya (Lubis,2011)
Menurut Weyl (1970), Pasang surut timbul dari gaya tarik gravitasi bulan dan matahari di bumi . Selain itu efek bulan lebih kuat , jarak rata-rata antara pusat bumi dan bulan tidak berubah dengan waktu , daya tarik gravitasi bulan di bumi yang tepat dan seimbang yang menyebabkan gaya sentrifugal akibat rotasi bumi di sekitar pusat massa dari sistem bumi yaitu bulan.







2.2.5.Gelombang

Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran kecil atau tidak sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media yaitu air, sedangkan arus laut adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya yang dikarenakan oleh tiupan angin, perbedaan densitas dan gelombang laut. (Baharudin, et al, 2009)
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), gelombang laut dipengaruhi oleh:
a.Kecepatan angin. Jika kecepatan angin makin besar, gelombang yang terbentuk juga akan semakin besar dan memiliki kecepatan yang tinggi.
b.Waktu dimana angin sedang bertiup. Kecepatan dan panjang gelombang cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin mulai bertiup
c.Jarak tanpa rintangan tanpa angin sedang bertiup. Gelombang yang terbentuk didanau dimana fetchnya kemungkinan lebih besar, seiring mempunyai panjang gelombang sampai beberapa ratus kedepan.
Menurut Irfani (2008), gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang laut dalam da gelombang laut dangkal. Gelombang di laut dalam dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut adalah sebagai berikut:
1.Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
2.Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
3.Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut.
Sedangkan gelombang laut dangkal adalah gelombang yang apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai (laut dangkal), maka gelombang tersebut akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk gelombang yang disebabkan oleh prosesrefraksi, difraksi, refleksi, dan gelombang pecah.

 


 

 

 


2.3.Parameter Kimia

2.3.1.pH

Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan ion mineral sehingga mempengaruhi penyerapannutrien oleh sel. Perubahan nilai pH yang signifikan dapat mempengaruhi kerja enzim dan menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga (Gunawan,2012).
Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Makin tinggi kenaikan suhu air, maka makin sedikit oksigen yang terkandung di dalamnya. Suhu yang berbahaya bagi makrozoobenthos adalah yang lebih kurang dari 350 C. Organisme perairan mempunyai kemampuan berbeda dalam menolerir pH perairan. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya berbagai anion dan kation serta jenis dan stadia organisme(Marpaung,2013).
Air laut umumnya memiliki nilai pH di atas 7 yang berarti bersifat basis, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah dari 7 sehingga menjadi bersifat asam. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan nilai pH, nilai yang ideal untuk kehidupan antara 7 – 8,5. Pada nilai pH yang lebih rendah (< 4), sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah(Susana, 2009).

2.3.2. Salinitas

Salah satu besaran dasar dalam bidang ilmu kelautan adalah salinitas air laut. Salinitas sering kali diartikan sebagai kadar garam dari air laut, walaupun hal tersebut tidak tepat karena sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang terlarut dalam 1 kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium digantikan dengan khlor dalam jumlah yang setara, semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan semua zat organik dioksidasikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya dituliskan dalam ‰ atau ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand (Arief, 1984).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.

Gambar 3 Pesebaran Salinitas di Dunia


No
Jenis Air
Besar Salinitas
1
Air Tawar
< 0,05 %
2
Air Payau
0,05-3%
3
Saline
3-5%
4
Braine
>5%
Tabel 1 Salinitas Berdasarkan Jenis Air

Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar.  Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payauatau menjadi salinebila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagaicontoh, Laut Matimemiliki kadar garam sekitar 30% (Alfiah, 2013).
Salinitas adalah derajad konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Hasil pengukuran menunjukkan pada kisaran antara 34,4 – 36,3 ‰ dengan rata-rata 35,5 ‰ (Tabel 1). Berdasarkan kisaran tersebut menunjukkan bahwa salinitas meningkat ke arah laut. Tingginya salinitas di area pengukuran pantai dan dekat muara sungai menunjukkan bahwa kecenderungan muara sungai tersebut termasuk dalam kategori estuaria negatif, yaitu interpensi air laut lebih besar dari pada air sungai ( Gambar 1). (Irawan dan Sari, 2013).

Tabel 2 Kualitas Perairan
                                                                               
Gambar 4 Peta Distribusi Suhu, Konduktivitas, pH, Salinitas, dan Kontur Kedalaman

2.3.3.DO

DO atau Dissolved Oxygen adalah jumlah oksigen dalam air yang berasal dari fotosintesa dan adsorbsi atmosfer udara. DO berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahluk hidup dalam air. Semakin banyak DO maka kualitas air semakin baik. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, metabolisme, untuk tumbuh dan pembiakan. Sumber utama DO dalam perairan berasal dari proses difusi udara bebas dari fotosintesis tumbuhan perairan (Salmin, 2005).
Menurut Boyd (1990) dalam Puspitaningrum (2012) konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik. Produksi oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis oleh komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik. Dinamika oksigen terlarut dalam ekosistem perairan ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen.
Menurut Odum (1971) dalam Salmin (2005), menyatakan bahwa pada lapisan permukaan, kadar oksigen terlarut akan lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh difusi antara air dengan udara bebas dan adanya proses fotosintesis. Kadar O2 semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman karena proses fotosintesis berkurang. Jadi, dapat disimpulkan semakin banyak fitoplankton maka kadar oksigen akan meningkat.






           




BAB III METODOLOGI


3.1 Alat dan Fungsi

3.1.1 Parameter Fisika

3.1.1.1 Suhu

         Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi sebagai berikut:   
·      Thermometer Hg : sebagai alat pengukur suhu di perairan.

3.1.1.2 Kecepatan Arus

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi sebagai berikut:
·         Botol bekas air mineral (600 ml) 2 buah   : 1 botol sebagai pelampung; 1 botol yang lain sebagai pemberat.
·         Stopwatch : sebagai alat pengukur waktu tali rafia saat  merenggang.
·         Kompas : sebagai penentu arah angin.

3.1.1.3 Kecerahan

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi sebagai berikut:
·         Secchi Disk           : sebagai alat untuk mengukur kecerahan.
·         Tongkat Skala       : sebagai pengukur panjang tali pada Secchi Disk yang telh ditandai karet gelang sebagai D1 dan D2.

3.1.1.4 Pasang Surut

Alat yang digunakan dalam praktikum oceanografi sebagai berikut:
·         Tide Staff      : sebagai alat pengukur pasang surut.

3.1.1.5 Gelombang

Alat yang digunakan dalam praktikum oceanografi sebagai berikut:
·         Tongkat Berskala 2m : sebagai alat pengukuran gelombang.
·         Stopwatch : sebagai alat pengukur waktu gelombang naik 1 dengan gelombang naik 2 yang nantinya akan menjadi periode.

3.2 Bahan dan Fungsi

3.2.1 Parameter Fisika

3.2.1.1 Suhu

                                    1. Air laut : sebagai sampel pengukuran suhu
2. Tali rafia : untuk mengikat thermometer yang akan di masukkan ke dalam perairan

3.2.1.2 Kecepatan Arus

1.  Air laut : Sebagai obyek pengamatan   kecepatan arus.
2.  Tali raffia : untuk mengikat antara botol satu dan yang lainnya
3.  Botol bekas : botol yang pertama digunakan untuk di isi air hingga penuh sebagai pemberat dan botol yang kedua yang kosong berfungsi sebagai pelampung

3.2.1.3 Kecerahan

1. Air laut : Sebagai obyek pengamatan kecerahan
2. Karet gelang ( 2 karet ) : karet yang pertama di gunakan untuk menandai panjang tali pada kecerahan tampak (D1) dan karet yang kedua digunakan untu menandai panjang tali pada kecerahan tidak tampak (D2)

3.2.1.4 Pasang Surut

1. Air laut : Sebagai obyek pengamatan pasang surut
2. Meteran jahit : untuk mengukur tinggi pasang surut
3. Selang : untuk megetahui ketinggian pasang surut
4. Kayu : untuk penyangga alat

3.2.1.5 Gelombang

1. Air laut  : Sebagai obyek pengamatan gelombang
2. Meteran jahit : untuk mengukur tinggi gelombang
3. Kayu : untuk penyangga alat



3.2.2 Parameter Kimia

3.2.2.1 pH

                        1. Air laut (secukupnya) : Sebagai sampel pengukuran pH
2. Aquades (secukupnya) : untuk membersihkan pH meter dari larutan buffer
3. pH paper : untuk mengukur pH secara konvensional

3.2.2.2 Salinitas

            1. Air laut (secukupnya) : Sebagai sampel pengukuran salinitas
2. Aquades (secukupnya): Untuk kalibrasi kaca prisma  refrakstometer
3. Tisu (secukupnya) : Untuk membersihkan kaca prisma pada bagian optiknya

3.2.2.3 DO

            1. MnSO (Mangan sulfat) (2ml) : Untuk mengikat oksigen
2. NaOH+KI (Natrium hidroksida dan Kalium Iodida) (2ml) : Membentuk endapan coklat dan melepas I
3. HSO (asam sulfat) (2ml) : Sebagai indicator asam dan melarutkan endapan coklat
4. NaSO (Natrium thiosulfat) (0,025N) : sebagai larutan titrasi
5. Amilum (4 tetes) : Sebagai indikator basa dan indikator warna ungu
6. Air laut (secukupnya) : Sebagai sampel penguuran DO
7. Kertas label (6 kertas) : Untuk menandai nama larutan



3.3. Skema Kerja

3.3.1. Parameter Fisika

3.3.1.1. Suhu

Disiapkan thermometer

 
 

§  Dicelupkan kedalam perairan selama ±2-3 menit.
§  Usahakan pengukuran dilakukan membelakangi matahari.
§  Hindari kontak tangan langsung dengan thermometer.
§  Diangkat perlahan jangan hilang kontak dengan perairan.
§  Baca nilai suhu pada skala dengan cepat.
Hasil
 


3.3.1.2. Kecepatan arus

Disiapkan tali rafia


§  Disiapkan alat 2 botol bekas air mineral.
§  Dihubungkan dengan tali raffia sepanjang 30 cm antara botol 1 dan botol 2.
§  Botol pertama yang diujung diisi air laut.
§  Botol kedua di biarkan kosong dan diikat dengan tali rafia sepanjang 5 meter.
§  Dihanyutkan mengikuti arus air laut.
§  Bersamaan tekan start stopwatch (pengukur waktu).
§  Bidikan kompas (pengukur arah) sejajar dengan botol.
§  Matikan stopwatch saat tali mulai merenggang sempurna.
§  Catat hasil pengukuran waktu dan arah arus.
§  Dihitung kecepatan arus dengan rumus  v =
§  Dicatat dalam satuan m/s.
Hasil
 






3.3.1.3.  Kecerahan

Disiapkan secchi disk
 


§  Turunkan secchi disk perlahan kedalam perairan.
§  Sampai secchi disk tidak nampak.
§  Tandai dengan karet (D1).
§  Tarik secchi disk secara perlahan.
§  Sampai secchi disk pertama kali nampak diperairan.
§  Tandai dengan karet lain (D2).
§ 
D1 + D2
Ukur panjang D1 dan panjang D2 dengan menggunakan penggaris skala cm (meteran).
§ 
2
Hitung rata-rata pengukuran D =
Hasil
                               



3.3.1.4. Pasang surut

Disiapkan tide staff


§  Ditancapkan di daerah pasang surut yang masih terendam air saat surut terendah
§  Dicatat tinggi permukaan air mula-mula ( ) sesuai dengan tinggi permukaan air pada selang plastic dalam cm
§  Ditunggu selama 4 jam kemudian dicatat lagi tinggi permukaan airnya ( ) dalam selang plastic dalam cm
§  Dihitung kecepatan pasang/ surut dengan rumus: V =
§  Dicatat dalam satuan cm/jam
Hasil







3.3.1.5. Gelombang

3.3.1.5.1. Tinggi gelombang
Disiapkan tongkat skala



·         Tongkat skala ditegakkan didalama perairan.
§  Menyentuh dasar periaran.
§  Usahakan posisi tubuh tidak menghalangi arah datangnya gelombang.
§  Tunggu puncak gelombang menyentuh tongkat skala.
§  Tinggi puncak gelombang saat menyentuh tongkat skala (É…).
§  V= É…/T
§  Ulangi sampai tiga kali.
Hasil
                               

3.3.1.5.2. Periode gelombang
Disiapkan stopwatch


§  Pasang tongkat skala tegak di perairan.
§  Menyentuh dasar perairan.
§  Tunggu gelombang menyentuh tongkat skala.
§  Tekan start stopwatch.
§  Waktu yang dibutuhkan antara puncak gelombang 1 dengan puncak gelombang 2 melewati tongkat skala (T).
§  Matikan stopwatch.
§  V= É…/T
Hasil







3.3.2. Parameter kimia

3.3.2.1. pH

3.3.2.1.1.  pH paper
Disiapkan pH paper


§  Dimasukan pH paper kedalam perairan selama ±2-3 menit
§  Diangkat dan dikibas-kibas hingga setengah kering
§ 
Hasil
Dicocokan perubahan warnanya dengan kota pH standar



3.3.2.1.2. pH meter
Disiapkan pH meter


§  Dikalibrasi dengan memasukan pH meter kedalam larutan buffer pH 7.
§  Pembacaan pH meter menunjukan pH 7.
§  Dikeluarkan elektroda pH meter dari larutan buffer.
§  Dibersihkan dengan aquades.
§  Dicelupkan ke dalam air laut yang akan diukur dalam botol.
§  Dinyalakan dan diamati nilai pH pada LCD pH meter selama 30 detik.
§  Dilihat nilai terakhir pada pH meter yang angkanya sudah tidak berubah dan dicatat.
§  pH meter dikalibrasi.
§  Dibesrsihkan dengan aquades.
§ 
Hasil
Keringkan dengan tisu.







3.3.2.2. Salinitas

3.3.2.2.1. Alat konvensional (Refraktometer)
Disiapkan refraktometer


§  Dibuka tutupnya dan dikalibrasi prisma refraktometer dengan aquades.
§  Dibersihkan dengan tissue.
§  Air laut sampel diambil dengan pipet tetes
§  Diteteskan sebanyak 3 tetes pada optik refraktometer
§  Ditutup prisma refraktometer secara perlahan agar tidak terbentuk gelembung dengan sudut 450
§  Diarahkan menuju sumber cahaya
§ 
       Hasil
Dibaca dan dicatat nilai salinitas pada lensa refraktometer



3.3.2.2.2. Alat modern (Salinometer)
Disiapkan salinometer


§  Dikalibrasi dengan aquadest
§  Dibersihkan dengan tissue
§  Air laut sampel diambil dengan pipet tetes
§  Diteteskan sebanyak 2 – 4 tetes pada salinometer
§  Ditutup salinometer
§  Ditekan tombol “zero” hingga keluar tulisan “AAA”
§  Ditekan tombol “start”
§ 
       Hasil
Dibaca dan dicatat nilai salinitas pada lensa refraktometer








Disiapkan botol DO
3.3.2.3. DO




§  Dicatat volume botol DO.
§  Dimasukan botol DO kedalam air perlahan dengan kemiringan 45o.
§  Tunggu sampai bunyi “blup” pada selang botol DO.
§  Ditutup setelah botol terisi penuh dan diangakat dari perairan.
§  Air sampel.
§  Dibuka tutup botol yang berisi air sampel.
§  Ditambahkan 2 ml MnSO4.
§  Ditambahkan 2ml NaOH + KI pekat lalu kocok.
§  Endapkan hingga terjadi endapan coklat.
§  Dibuang air yang bening diatas endapan.
§  Endapan yang tersisa diberi 1-2 ml H2SO4 pekat dan kocok sampai endapan larut.
§  Ditetesi 3-4 tetes amilum.
§  Dititrasi dengan N  0,025 N.
§  Sampai air jernih atau tidak berwarna.
§  Dicatat ml titran yang terpakai dan dimasukan dengan rumus.
§  DO =
       Hasil
 










BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1  Kecepata Arus

Data di ambil pada jam 10.40 WIB
Hasil pengukuran
Panjang taki yang di pakai      : 5 meter
Lama waktu (t)                        : 21 detik
Kecepatan arus                       : 0,268 m/detik

4.1.2 Kecerahan

a. Pengukuran 1
Data di ambila pada jam 10.45 WIB
Hasil pengukuran:
Kedalaman secchi disk (tidak tampak)          : 400 cm
Kedalaman secchi disk                                   : 241 cm
Nilai kecerahan                                               : 320,5 cm
b. Pengukuran 2
Data di ambila pada jam 11.00 WIB
Hasil pengukuran:
Kedalaman secchi disk (tidak tampak)          : 386 cm
Kedalaman secchi disk                                   : 238 cm
Nilai kecerahan                                               : 312 cm

c. Pengukuran 3
Data di ambila pada jam 11.15 WIB
Hasil pengukuran:
Kedalaman secchi disk (tidak tampak)          : 390 cm
Kedalaman secchi disk                                   : 241 cm
Nilai kecerahan                                               : 315,5 cm
Rata-rata kecerahan                                     : 316 cm



4.1.3  Suhu

a. Pengukuran 1
Data di ambil pada 10.40 WIB
Hasil pengukuran:
Suhu air laut                : 330 C
b . Pengukuran 2
Data di ambil pada 10.50 WIB
Hasil pengukuran:
Suhu air laut                : 31,50 C
c . Pengukuran 3
Data di ambil pada 11.00 WIB
Hasil pengukuran:
Suhu air laut                : 320 C
Rata-rata suhu = 33 + 31,5 + 32
    3
                                                  = 32,17
Rata-rata suhu          : 32,170 C

4.1.4 Salinitas

Hasil Pengukuran       :
Nilai Salinitas               : 33 ppt.

4.1.5 Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran:
Nilai pH                       : 8

4.1.6 Gelombang

Data di ambil pada jam 15.30 WIB
Hasil pengukuran:
·         Tinggi gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Rata-rata
Puncak (cm)
120
123
121
121,33
Lembah (cm)
-
-
-
-
Selisih (cm)
-
-
-
-
Tabel 3 Hasil Pengukuran Tinggi Gelombang
·         Periode Gelombang
Pengukuran ke
I
II
II
Rata-rata
Periode gelombang
35
45
65
4,33 s
Tabel 4 Hasil Pengukuran Periode Gelombang

4.1.7 Pasang Surut

Skala awal tide staff                           : 165 cm
Skala akhir tide staff                           : 125 cm
Selang waktu pengukuran                  : 5 jam
Kecepatan pasang surut                     : 8 cm/jam
Lebar pasang surut maksimal            : 0,4 m
Tipe pasan surut                                 : Mixed diurnal
(catatan data dan hasil pasang surut juga bisa di dapat melalui wawancara)

4.1.8 Oksigen Terlarut

Hasil pengukuran:
Volume (titrat)             : 9,2
N (titran)                      : 0,025
Volume botol DO        : 250

Oksigen terlatut = Volume (titran) x N (titran) x 8 x 1000
                                      Volume (sampel) – 4
                        = 9,2 x 0,025 x 8 x 1000
                                        250-4
                        =  1840
                             246
                        = 7,48
Nilai kandungan oksigen di perairan : 7,48 mg/l







4.2 Analisa Prosedur

4.2.1 Parameter Fisika

4.2.1.1. Suhu

Alat yang digunakan saat pengukuran suhu yaitu ada dua alat yaitu thermometer Hg dan Oximeter. Dimana thermometer Hg merupakan alat ukur suhu secara konvensional yang digunakan saat pengukuran suhu saat praktikum. Sedangkan oximeter merupakan alat ukur suhu secara moderen yang digunakan untuk mengukur suhu saat praktikum. Dimana kedua alat ini merupakan alat ukur suhu yang biasa digunakan di berbadai bidang dan khususnya saat praktikum lapang oceanografi.
Merupakan salah satu parameter fisiska yang di ukar pada saat praktikum oceaografi, merupakan salahsatu parameter penting dalam lingkungan perairan baik tawar ataupun asin. Dimana suhu merupakan parameter fisisk yang dapat memepengaruhi metabolism dan pertumbuhan organisme perairan dan mempengaruhi kadungan kadar oksigen terlarut yang ada di dalam perairan. Dimana pada saat praktikum lapang yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai Probolinggo pengukuran suhu di lakukan di area atau posisi sekitar 200 meter dari bibir pantai. Dengan mengukur perairan menggunakan alat thermometer konvensional. Dari pengukuran yang di lakukan parameter suhu yang di dapatkan suhu rata-rata dari tiga kali pengukuran yang di lakukan adalah 32,170C . Dimana hasil ini didapatkan melalui pengukuran sebanya tiga kali, karena untuk mendapatkan hasil yang akurat jadi pengukuran di lakukan sebanyak 3 kali. Jadi suhu di perairan Pelabuhan Mayangan Pantai probolinggo dapat di kategorikan dalam kondisi normal karena masih dalam kisaran suhu yang baik untuk kehidupan suatu organisme.

4.2.1.2. Kecepatan Arus

Alat dan bahan yang digunakan saat pengukuran kecepatan arus adalah tali rafia diamana tali rafia merupakan alat yang digunakan untuk mengikat botol air mineral. Botot air mineral merupakan alat yang digunakan utuk mengukur atau indikator kecepatan arus. Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur waktu saat praktikum dimana stopwatch digunakan untuk mengukur waktu kecepatan renggang botol. Kompas merupakan alat yang digunakan untuk menentukan arah mata angin saat praktikum di lapang diaman pengkuran sangat penting di lakukan karena merupakan salahsatu penentu pergerakan arus nantinya.
Arus merupakan pergerakan air yang menyebabkan perpindaha horizontal massa air dari suatu tempat ke tempat yang lain. Faktor yang mempengaruhi arus, gerakan air di permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angina yang bertiup di atasnya. Pengukuran arus di lakukan pada praktikum oceanografi di lakukan di posisi sekitar 200 meter dari bibir pantai dimana pengukuran arus di lakukan di tempat yang sama seperti pengukuran suhu. Pada pengukuran suhu alat yang di gunakan adalah dengan menggunakan alat konvensional dimana alat tersebut terdiri dari du buah boto air mineral ukuran 600 ml yang di ikat pada tali sepanjang 30 cm dan di ikat lagi dengan tali sepanjang 1-2 meter. Diman pengukuran di lakukan dengan cara menghitung waktu yang di perlukan botol untuk merenggang dan di hitung dengan rumus v = s : t . Diman dari pengukuran arus ini mendapatkan hasil kecepatan arus di pantai probolinggo adalah 0,238 m/detik. Dimana hasil ini di dapat melalui pengukuran secara konvensional dengan alat yang sudah di jelaskan seperti di atas.

4.2.1.3. Kecerahan

Alat dan abhan yang digunakan pada pengukuran paremeter kecerahan adalah sebagai berikut. Secchi disk merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan di suatu perairan denga mengukur secara langsung perairan yang ingin di ambil sampel kecerahanya. Secchi disk merupakan alat ukur kecerahan secara konvensional yang biasa digunakan pada pengukuran kecerahan suatu perairan. Penggaris merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panjang tali pada secchi disk pada saat praktikum. Karet gelang merupakan alat yang digunakan untuk menandai tali atau mengikat tali pada secchi disk untuk menandai posisi D1 dan D2 pada tali secchi disk dimana D1 dan D2 merupakan skala atau data yang di cari pada saat pengukuran. Tongkat skala merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panjang atau kecerahan pada perairan dimana yang di ukur adalah panjang dari data D1 dan D2 pada tali secchi disk yang tadinya di ukur dan sudah di tandai dengan karet gelang.
Kecerahan merupakan ukuran penetrasi cahaya yang dapat masuk ke dalam kolom perairan dan mencapai daerah dimana saat cahaya terssebut sudah tidak mampu menembus perairan lagi. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Dimana kecerahan optimal dari suatu perairan adalah 1-2 meter. Pengukuran kecerahan sediri di lakukan dengan alat secchi disk yang merupakan alat pengukuran kecarahan konvensional. Cara pengambilan data ini dilakukan dengan menurunkan sacchi disk ke dalam air secara pelan-pelan sampai sacchi dis tidak nampak dari permukaan, yang dimana ini merupakan ukuran kecerahan terdalam dari suatu perairan. Setelah sachi disk sudah tidak terlihat lalu di Tarik naik ke permukaan dan di catat berapa kadalaman saat sacchi disk pertama kali terlihat dari permukaan. Dari pengukuran yang di lakukan kecerahan perairan di pantai Mayangan adalah 3,16 meter. Dimana ukuran ini masih dalam kategori optimal kecarahan suatu perairan.

4.2.1.4. Pasang surut

Alat dan bahan yang digunakan pada saat pengnukuran parameter pasang surut saat praktikum sebagai berikut. Tide staff merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian pasang surut di suatu perairan dimana tide staf terbuat dari kayu balok berukuran 250cm yang apada saat pengukuran di tancapkan di perairang untuk kerluan pengambilan data. Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lamanya pasanag surut pada saat praktikum.
Pasang surut adalah gelombang yang di bangkitkan oleh factor interaksi anatara bumi dan benda bennda antariksa salah satunya matahari dan bulan. Diman puncak tertinggi di sebut dengan pasang dan terendah di sebut dengan pasut. Terdapat tiga jenis pasang surut yaitu pasang surut diurmal yaitu Psut harian, semi diurnal yaitu pasut setengah hari dan mixe tides yaitu pasu campuran. Diman skema kerja dari pengukuran pasu adalah menggunakan alat di di sebut tide sataf. Tide staff di tancabkan pada substra yang dimana saat surut terendah masih di terendam oleh air dan di letekan dititik yang ingin di ambil sampel pasang surutnya.

4.2.1.5. Gelombang

Alat dan bahan yang digunakan pada saat pengukuran parameter gelombang pada saat praktikum adalah sebagai berikut. Tongkat berskala 2 meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian gelombang pada saat praktikum. Stopwatch merupakan alat ukur waktu yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu pengukuran  saat pengukuran gelombang, dimana pengukuran gelombang sangat memerlukan stopwatch untuk menghitung waktu yang di habiskan saat pengukuran.
Gelombang merupakan pergerakan naik dan turunya air laut dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk garafik sinusoidal. Gelombang dilaut dapat di bedakan menjadi beberapa jenis sesuai pembangkit dari gelombang itu sendiri. Dimana periode gelombang di bagi menjadi tiga bagian yaitu puncak gelombang, lembah gelombang, dan panjang gelombang. Dimana dalam mengukur gelombang di gunakan alat tongkat dengan skala 2 meter yang dimana tongkat ini di tancapkan pada substra dan di letakkan di tempat yang ingin di ukur gelombangnya. Pengukuran gelumbang di lakukan secara langsung secara visual dan li lakukan sebnyak 3 kali agar dating tang di lakukan lebih akurat. Pengukuran tinggi gelombang pertama adalah 120 cm, ke dua 123 cm, dan yang ketiga adalah 121 cm dimana hitung rata rat dari tinggi gelombangnya adalah sebesar 121,33 cm. pengukuran periode gelombang juga di lakukan sebanyak 3 kali yaitu dengan data yang pertama sebesar 35 detik, yang ke 2 sebesar 45 detik, dan yang ke tiga sebesar 65 detik dan rata rata periode gelombangnya adalah 4,33 sekon.

4.2.2 Parameter Kimia

4.2.2.1. pH

Alat dan bahan yang digunakan pada saat pengukuran parameter pH adalah sebagai berikut. pH paper merupakan alat ukur derajat keasaman secara konvensional dimana pengukuran menggunakan ph paper di lakukan dengan cara mencelupkan pH paper ke dalam larutan sampel yang ingin di uji selama 2 menit dan setelah itu di kibas-kibaskan dan setelh itu di cocokan denga table warna yang telah tersedia pada kotak pH paper. pH mater merupaka alat ukur derajat keasaman secara modern diaman kerja alat ini dapat menunjukandata yang lebih akurat di bandingkan denga menggunakan alat konvensional. Air laut merupakan bahan atau air sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel data pada saat praktikum. Aquades merupakan bahan yang digunkan untuk mengkalibrasi ph meter pada saat praktikum.
ph adalah ekspresi dari konsentrasi ion hydrogen yang ada di dalam perairan, dimana kisaran peha di hitung dari 1-14 dimana 7 merupakan nilai tengah dari pH. Nilai ph yang ideal untuk kehidupaan organisme perairan berkisar anatara 7-8,5 dimana oraganisme sangat rentan akan perubahan ph. Pengukuran pH di lakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan ph paper(alat konvensional) dan ph meter (alat modern) yang dimana dari pengukuran yang di lakukan di dapatkan hasil nilai pH di perairan probolinggo adalah sebesar 8 dimana ukuran ini masih ada di kisaran normal untuk perairan. Dengan pH sebesar ini maka organismen yang hidup di perairan Probolinggo masih bias di katakana normal dan bisa hidup denga baik di perairan.

4.2.2.2. Salinitas

Alat dan bahan yang digunaka untuk pengukuran parameter saliniitas adalah sebagai berikut. Refraktometer merupakan alat ukur yang digunakan untuk megukur salinitas di dalam suatu perairan diaman refraktometer merupakan alat ukur salinitas secara konvensional.Salinometer merupakan alat ukur salinitas secara modern dimana cara kerja salinometer suadah lebih canggih dimana dalam pengukuran salinitas menggunakan salinometer hasil yang akan di dapat biasanya akan lebih akurat daripada mengguanakn alat konvesional. Aquades merupakan bahan yang digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur dimana fungsi kalibrasi ini adalh untuk mensterilkan alat dari hasil pengukuran sebelumnya. Tisu merupakan bahan yang digunakan untuk membersihkan atau mengeringkat alat ukur pada saat pengukuran salinitas.
Salinitas merupakan jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, yang biasanya di nyatakan dalam satua ppt. Salinitas dapat di pengaruhi oleh beberapa factor anatara lain adalah volume air sungai yang masuk ke dalam laut dan terjadinya proses penguapan di perairan. Alat yang di gunakan dalam pengukuran salinitas adalah refraktometer (alat konvensional) dan salinometer (alat modern). Dimana skelma kerja dari pengukuran salinitas adalahmenkaliberasi salinometer dengan aquades lalu tekan tombal on/off pada salinometer, setelah itu diteteskan 3 tetes sampel air laut di senor salinometer dan tekan tombal start, di tekan tombal zero hingga muncul nilai salinitas dan mencatat hasil yang di dapatkan. Dari pengujian sempel air laut di pantai probolinggo hasil yang di dapat kan adalah 33 ppt.

4.2.2.3. DO

Alat dan bahan yang digunakan pada saat pengukuran parameter kadar oksigen terlarut di dalam suatu perairan adalah sabagai berikut. Water sampler merupakan alat atau air sampe yang akan digunakan pada saat praktikum. Botol DO merupakan lat yang digunakan sebagai wadah dari iar sampel yang akan di uji. Buret merupakan alat atau tabung memanjang yang digunakan untuk wadah aytau sebagai tempat cairan titrasi. Corong merupakan alat yang digunaka untuk memasukan cairan ke tempat ynag lebih kecil misalnya memasukan cairan titrasi ke dalam buret. Pipet tets merupakan lat yang di guanak untuk memindahkan vcairan dala sekala kecil. Statif merupakan alat penopang atao alat pegangan untuk buret. MnSO4 merupakan cairan yang digunakan untuk mengikat oksigen dalam air. NaOH+KI merupakan cairan yang diguanakan untuk membuat endapan coklat pada air sampel. H2SO4 Merupakan cira yang di masukan ke dalam air sampel yang berfungsi sebagai cairang indikasi asam. Na2S2O3 merupaka cairang titrasi yang digunakan. Amilum merupaka cairang yang digunakan untuk mengetahui atau sebagai indikasi larutan basa. Air sampel merupaka cairan yang digunaka untuk sampel. Kertas label merupakan kertas tempelan yang digunaka sebagai penanda di dalam botol.
DO merupakan kadar oksigen terlarut yang ada di dalam perairan, diaman DO merupakan parameter kualitas air di suatu peraira. Dmana konsentrasi oksigen terlarut cendrung tidak stabil karena menyesuaikan dengan keadaan atmosfer. Pengukuran DO menggunakan beberapa alat dan bahan seperti water sampel, botol DO buret corong, pipet tetes, pipet volume, statif, Mnso4, NaOH+KI, H2SO4, Na2SO4 , amilum ir sampel dan kertas label. Diaman pengukauran DO di lakaukan denga cara mengambil samapel aiar yang akan di uji, setelah mendapat sampel air lalu di tambah Mn SO4, dan NaOH, di bolak balik sampai air homogan dan di endapkan, tambahlkan H2so4 kemudian kocok sampai endapan larut tambahkan amilum dan titrasi dengan Na2S2O3 0,025N sampai air sampel berwarna bening catat ml titrasi dan hitung dengan rumus. Dari pengukuran yang di lakukan di dapatkan hasil kadar oksigen di perairan Probolinggo adalah sebesar 7,48 mg/l.








4.3 Analisa Hasil

4.3.1 Parameter Fisika

4.3.1.1Suhu

Pengukuran suhu pada saat penelitian di perairan Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo menunjukkan hasil 33 derajad celcius. Menurut Barus(2002), suhu optimal perairan adalah 27 – 32 derajad celcius. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai skala suhu yang ada di perairan pantai Probolinggo termasuk dalam kategori optimal.

4.3.1.2 Kecepatan Arus

Dari data yang kita peroleh dari pengukuran kecepatan arus di perairan pelabuuhan perikanan pantai mayangan Probolinggo adalah 0,238 m/s dan arus bergerak dari Timur ke Barat. Pergerakan arus dari timur ke Barat ini tidak terlepas dari beberapa faktor yaitu pertama pergerakan angin. Lalu adanya tekanan juga menyebabkan perbedaan arah arus. Variasi densitas juga berpengaruh pada arus laut(Azis,2006).
Sementara itu gaya coriolis juga berpengaruh pada arus air laut. Sebab gaya ini mempengaruhi aliran massa air dimana air yang lurus akan belok akibat gaya ini.  Gaya ini akibat dari rotasi pada poros bumi seperti yang dikatakan Hutabarat(1985).

4.3.1.3 Kecerahan

Hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo adalah 3,16 m. Hal ini menunjukkan bahwa kecerahan perairan tersebut baik. Hal ini sesuai dengan KLH(1988), yang mengatakan bahwa kecerahan untuk budidaya ikan seharusnya lebih dari 3 m. Kecerahan yang didapat dari hasil pengukuran perairan Probolinggo adalah 3,16 m, hal ini menunjukkan bahwa perairan ini termasuk kategori baik. Untuk budidaya rumput laut dan tiram.

4.3.1.4 Pasang Surut

Menurut Widarno(2011), tipe pasang surut adalah dibagi menjadi tiga. Adalah yang pertama yaitu pasang surut harian. Kedua yaitu pasang surut purnama dan yang terakhir adalah pasang surut perbani. Pada saat pengamatan praktikum, yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo yang terjaadi adalah pasang surut harian. Karena pada saat itu tidak terjadi bulan purnama ataupun gerhana.

4.3.1.5 Gelombang

Pada dasarnya gelombang dibedakan menjadi dua tipe menurut faktor pembentuknnya. Pada sisi lain gelombang memiliki dua dampak. Dampak positifnya yaitu dapat dijadikan sumber energi alternatif. Dampak negatifnya dapat menimbulkan abrasi pantai(Scribd,2014). Hasil pengukuran gelombang pada saat praktium di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo adalah sebagai berikut. Dimulai dari pukul 15.30 pncak gelombang I adalah 128. Kemudian pengukuran kedua didapat hasil puncak gelombang II adalah 123. Pengukuran ketiga didapat hasil puncak gelombang III yaitu121. Jadi menurut hsil praktikum lapang, gelombang perairan Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo termasuk dalam kategori gelombang tinggi.

4.3.2 Parameter Kimia

4.3.2.1 pH

Dari hasil praktikum lapang tanggal 4 Mei 2014 di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo didapat nilai pH air laut 7,5 – 8. Sedangkan dalam literatur menurut Susana(2009), menyatakan bahwa pH suatu perairan yang ideal untuk kehidupan antara 7 – 8,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH yang ada di perairan Probolinggo tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan Susana. Itu berarti pH air laut Probolinggo adalah normal.

4.3.2.2 Salinitas

Menurut Stiyono(1996), nilai salinitas air laut berkisar antara 33 – 38 ppt. Pada saat penelitian di perairan Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo tanggal 4 Mei 2014 menunjukkan bahwa pengukuran salinitas menggunakan salinometer adalah 37 permil. Sedangkan pengukuran yang menggunakan refraktometer adalah 25 permil. Jadi dari data tersebut salinitas perairan adalah normal. Dan jika melihat dari sisi akurat alat yang digunakan adalah salinometer.


4.3.2.3 DO

DO merupakan oksigen yang terlarut didalam air yang berpusat dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer udara. Untuk mengukur DO disuatu perairan diperlukan alat sebagai berikut:
·                     Buvet
·                     Botol DO
·                     Corong
·                     Pipet tetes statistik
Disamping itu pengukuran DO juga membutuhkan bahan. Bahan – bahan tersebut adalah sebagai berikut:
·                     MnSO4
·                     NaOH+Ki
·                     H2SO4
·                     Na2SO4
·                     Amilum
·                     Air sample
·                     Kertas label
DO berperan dalam penyerapan makanan oleh organisme laut. Semakin banyak DO yang ada disuatu perairan, maka kualitas perairan tersebut semakin baik. DO diperlukan oleh seluruh makhluk hidup untuk metabolisme, pertumbuhan dan berkembang biak(Salmin,2005).














4.4       Manfaat di Bidang Perikanan

4.4.1    Parameter Fisika

4.4.1.1 Suhu

Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat sangat penting bagi kehidupan organisme laut karena suhu mempengaruhi metabolisme maupun perkembangan organisme, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut. Baik laut maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses yang dinamakan insolation (Andi, 2006).
Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di laut. Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam hal laju fotosintesa tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya aktivitas metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Daya larut oksigen berkurang, jika suhu naik, dan sebaliknya kandungan kabondioksida bertambah (Dahuri, 2001).
Suhu air yang layak untuk budidaya air laut adalah 27-320 .Di Indonesia suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,20C sampai 34,60C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,80C sampai 300C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat relatif rendah dibanding suhu udara di sekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembang budidaya perairan (Asyari, 2011).

4.4.1.2 Kecepatan Arus

     Arus adalah gerakan air yang menyebabkan perpindahan horizontal massa air dari suatu ke tempat lain. Arus disebabkan oleh angin tetapi penyebab utamanya adalah radiasi matahari pada siang hari, sedangkan pada malam hari disebabkan oleh bulan. Disamping itu, gaya Coriolis juga dapat menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya. Gaya Coriolis sendiri yaitu gaya yang disebabkan oleh rotasi bumi yang mengakibatkan pembelokan arah angin. Angin juga dapat menyebabkan timbulnya arus vertical yang dikenal sebagai upwelling dan downwelling (Hutabarat, 1985).  Hal ini biasanya terjadi karena adanya perbedaan densitas dan suhu.
     Ada dua macam arus yaitu pertama, arus permukaan yang disebabkan oleh angin. Ke dua, arus kedalaman yang disebabkan oleh densitas. Adapun manfaat arus adalah sebagai transportasi unsur hara, penyegaran dan pencucian karang, distribusi migrasi ikan, sebagai arah pelayaran, dan sebagai energy alternative (pembangkit listrik).kecepatan arus dapat dihitung dengan rumus :
V=  s
     t
           Keterangan :
           v = kecepatan arus
           s = panjang tali yang terpakai (m)
           t = waktu tempuh (s)

4.4.1.3 Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan dimana kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam perairan. Hubungan antara kecerahan dan fotosintesis, yaitu semakin banyak cahaya matahari yang masuk maka semakin besar fitoplankton berfotosintesis. Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Menurut Asmawi (1986) faktor-faktor kekeruhan air disebabkan oleh benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb), jasad-jasad renik yang merupakan plankton, warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan).
     Nilai kecerahan dinyatakan dengan satuan meter, dan sebaiknya pengukuran kecerahan dilakukan pada saat cuaca cerah. Tujuan mengukur kecerahan yaitu untuk mengukur kualitas perairan dimana ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi dalam air , lapisan manakah yang keruh dan tidak keruh (Kordi dan Andi,2007). Kecerahan optimal disuatu perairan berkisar  1-2m , sedangkan kisaran maksimal 1-5m. jika kurang dari 1m maka perairan tersebut mengalami booming phytoplankton.
     Stratifikasi kecerahan pada perairan ada 3, lapisan pertama disebut fotik dimana semua kolom perairan terkena radiasi matahari, lapisan kedua disebut difotik dimana sebagian kolom perairan terkena radiasi matahari, dan lapisan yang paling dalam disebut  afotik dimana kolom perairan sama sekali tidak menerima radiasi matahari. Faktor yang mempengaruhi kecerahan antara lain, intensitas cahaya matahari (semakin banyak intensitas cahaya yang masuk semakin dalam kecerahan disuatu perairan),fitoplankton  , jumlah partikel yang tersuspensi, kedalaman, garis lintang, waktu pengukuran.
     Alat untuk mengukur kecerahan disebut Secchi Disk. Secchi Disk mempunyai desain berbentuk lingkaran atau lempengan dengan empat warna, yaitu hitam-putih-hitam-putih dengan tujuan agar warna hitam itu menyerap cahaya sedangkan warna putih memantulkan cahaya. Cara menghitung kecerahan:
D = D1 + D2
            2

4.4.1.4 Pasang Surut

     Pasang Surut adalah pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara rata-rata dan dalam periode tertentu, yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi-bulan-matahari. Waktu antara puncak atau lembah ke puncak atau lembah gelombang berikutnya disebut periode. Di dalam pasang surut juga terkenal istilah tidal range yaitu jarak antara pasang tertinggi dibanding dengan surut terendah periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
     Pasang surut mempunyai tiga tipe dasar, yaitu :
1.   Pasang surut harian (diurnal). Mekanisme pasang surut harian adlah satu kali pasang, satu kali suru, dengan periode 24 jam 50 menit.
2.   Pasang surut tengah harian (semi diurnal). Hampir sama seperti diurnal namun semi diurnal ini hanya terjadi setengah hari.
3.   Pasang surut campuran (mixed tide). Pasang surut ini terdiri dari diurnal dan semi diurnal. Sehingga terjadi satu kali pasang, dua kali surut dengan periode yang sangat berbeda.
Adapun macam Pasang Surut yaitu :
1.   Pasang surut perbani, dimana posisi bulan bumi matahari tegak lurus
2.   Pasang surut purnama, dimana posisi bumi bulan matahri sejajar
Alat untuk mengukur pasang surut disebut tide staff yang nantinya ditempeli dengan meteran.



4.4.1.5 Gelombang
     Gelombang timbul karena adanya gaya pembangkit yang bekerja pada laut, yang disebabkan oleh angin. Gelombang laut pada dasarnya pergerakan naik dan turunnya air laut secara tegak lurus permukaan air laut. Menurut Dewaputu, 2010 ada beberapa klasifikasi gelombang tergantung pada gaya pembangkitnya :
1.   Disebabkan oleh angin (gelombang angin)
2.   Disebabkan oleh gaya tarik menarik bulan-bumi-matahari (gelombang pasang surut)
3.   Disebabkan oleh gempa (vulkanik atau tektonik)
4.   Disebabkan oleh gerakan kapal
5.   Gempa yang bersumber didasar kaut (gelombang tsunami)
     Faktor yang mempengaruhi gelombang, yaitu kecepatan angin, waktu dimana angin sedang bertiup, jarak tanpa rintangan atau penghalang (Hutabarat, 1985). Gelombang mempunyai dampak positif, diantaranya membantu unsur hara dan mengaduk gas-gas atmosfer kedalam air, mempercepat laju pengendapan. Sedangkan dampak negatifnya, menyebabkan erosi pantai yang dapat mempersempit daratan, dan dalam skala besar dapat mengurangi pemukiman.

4.4.2    Parameter Kimia

4.4.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman (pH) merupakan suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari suatu perairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar air juga memiliki pH antara 7-8,2. Namun beberapa air memiliki pH dibawah 6,5 atau diatas 9,5. Sedangkan pH dengan jumlah 7 disebut sebagai netral. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organism air umumnya antara 7-8,5 (Brotowidjoyo, 1999). Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimia suatu perairan. Pengaruh nilai pH terhadap komunitas biologi perairan antara lain dapat menyebabkan keanekaragaman plankton dan benthos menurun, menyebabkan kelimpahan total, biomas, dan produktivitas tidak mengalami perubahan.
     Air laut mengandung alkali 1 dan alkali 2 yang mengikat OH- , hal inilah yang menyebabkan air laut terasa asin. Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan CO2 dalam air. Pada siang hari jika O2 naik akibat fotosintesis  fitoplankton, maka pH juga naik. Kestabilan pH perlu dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air.Peranan penting pH terhadap suatu perairan, yaitu pH yang terlalu rendah ataupun yang terlalu tinggi dapat mematikan ikan, dan pH antara 5-6 dapat memperlambat pertumbuhan ikan tersebut. pH dapat diukur dengan pH paper (konvensional) ataupun pH meter (modern).

4.4.2.2 Salinitas

     Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama menurut Nontji (1986) yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil. Besar kecilnya sebaran salinitas di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pola sirkulasi air, besar kecilnya penguapan, jumlah curah hujan, dan aliran sungai.
     Adapun hubungan antara suhu-salinitas-densitas, yaitu suhu dan salinitas berbanding lurus karena suhu dapat menyebabkan efaporasi (penguapan). Suhu dan densitas berbanding terbalik. Alat untuk mengukur salinitas disebutrefraktometer (konvensional) dan salinometer (modern).  Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup.

4.4.2.3 Oksigen Terlarut (DO)

     Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia antara lain DO (Dissolved Oxygen) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Menurut tim asisten oseanografi Universitas Brawijaya bedanya DO dan BOD adalah DO merupakan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Sedangkan BOD merupakan jumlah oksigen yang digunakan oleh biota laut untuk metabolism.
     DO sendiri adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Faktor DO diantaranya ada suhu, intensitas cahaya matahari, produktivitas primer, turbelensi air. DO sangat diperlukan bagi biota laut. Adapun manfaat Oksigen Terlarut (DO) adalah untuk pernafasan, untuk proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan,  oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organic dan anorganik dalam proses aerobic.
     Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Jika kita ingin menukur DO suatu perairan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Oksigen Terlarut (DO) = Volume (titran) x N (titran) x 8 x 1000
                                                  Volume (sampel) - 4








BAB V PENUTUP


5.1.Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu :
· Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
· Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin
· pH adalah kepekatan ion-ion yang terlepas dalam suatu perairan.
· suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena penyebaran organisme baik di lautan maupun perairan tawar dibatasi oleh suatu perairan tersebut.
· Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dalam persen.
· Arus adalah pergerkan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju keseimbangan.
· Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut
dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.
· Menurut teori, zat –zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui
proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk
gas ke permukaan laut.
·Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
· Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik benda-benda astronomi.
-  Data Hasil Praktikum
-  Kecepata Arus
Data di ambil pada jam 10.40 WIB
Hasil pengukuran
Panjang taki yang di pakai      : 5 meter
Lama waktu (t)                        : 21 detik
Kecepatan arus                       : 0,268 m/detik

- Kecerahan
a. Pengukuran 1
Data di ambila pada jam 10.45 WIB
Hasil pengukuran:
Kedalaman secchi disk (tidak tampak)          : 400 cm
Kedalaman secchi disk                                   : 241 cm
Nilai kecerahan                                               : 320,5 cm
b. Pengukuran 2
Data di ambila pada jam 11.00 WIB
Hasil pengukuran:
Kedalaman secchi disk (tidak tampak)          : 386 cm
Kedalaman secchi disk                                   : 238 cm
Nilai kecerahan                                               : 312 cm

c. Pengukuran 3
Data di ambila pada jam 11.15 WIB
Hasil pengukuran:
Kedalaman secchi disk (tidak tampak)          : 390 cm
Kedalaman secchi disk                                   : 241 cm
Nilai kecerahan                                               : 315,5 cm
Rata-rata kecerahan                                     : 316 cm



- Suhu
a. Pengukuran 1
Data di ambil pada 10.40 WIB
Hasil pengukuran:
Suhu air laut                : 330 C
b . Pengukuran 2
Data di ambil pada 10.50 WIB
Hasil pengukuran:
Suhu air laut                : 31,50 C
c . Pengukuran 3
Data di ambil pada 11.00 WIB
Hasil pengukuran:
Suhu air laut                : 320 C

Rata-rata suhu = 33 + 31,5 + 32
                                     3
                         = 32,17
Rata-rata suhu          : 32,170 C

- Salinitas
Hasil Pengukuran       :
Nilai Salinitas               : 33 ppt.

- Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengukuran:
Nilai pH                       : 8

- Gelombang
Data di ambil pada jam 15.30 WIB
Hasil pengukuran:
Tinggi gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Rata-rata
Puncak (cm)
120
123
121
121,33
Lembah (cm)
-
-
-
-
Selisih (cm)
-
-
-
-

Periode Gelombang
Pengukuran ke
I
II
II
Rata-rata
Periode gelombang
35
45
65
4,33 s

- Pasang Surut
Skala awal tide staff                           : 165 cm
Skala akhir tide staff                           : 125 cm
Selang waktu pengukuran                  : 5 jam
Kecepatan pasang surut                     : 8 cm/jam
Lebar pasang surut maksimal            : 0,4 m
Tipe pasan surut                                 : Mixed diurnal
(catatan data dan hasil pasang surut juga bisa di dapat melalui wawancara)

- Oksigen Terlarut
Hasil pengukuran:
Volume (titrat)             : 9,2
N (titran)                      : 0,025
Volume botol DO        : 250

Oksigen terlatut = Volume (titran) x N (titran) x 8 x 1000
                                      Volume (sampel) – 4
                        = 9,2 x 0,025 x 8 x 1000
                                        250-4
                        =  1840            = 7,48
                             246
Nilai kandungan oksigen di perairan : 7,48 mg/l

5.2.Saran

Dari praktikum oseanografi yang telah dilakukan diharapkan para praktikan untuk berhati-hati dalam melaksanakan praktikum karena para praktikan langsung berada di tengah lautan juga berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum karena kebanyakan alat terbuat dari bahan pecah belah.







DAFTAR PUSTAKA



Alfiah. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 1, no 3 : hlm 148-157.
Andi, Kurniawan. 2006. Diktat kuliah pengantar oseanografi Penerbit Brawijaya Fakultas Perikanan. Malang. http://ikbrawijaya.blogspot.com/ . diakses pada tanggal 22 mei 2014 pukul 14.00 WIB.
Arif,Dharma.1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu Kelautan. Jurnal oceanografi. Vol IX no 1 : hlm 3-10.
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT. Gramedia. Jakarta.
Asyari,Muhammad.2011.LaporanPraktikumOceanografi.http://muhammadasarydevin.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-oceanografi.html/diakses pada tanggal 22 mei 2014 pukul 14.00 WIB.
Azis, M. Furqon  2006  GERAK AIR DILAUT (http: www.oseanografi.lipi.go.id) pdf. Di akses pada tanggal 28 April 2014 jam 20.00 WIB.
Baharudin, John I Pariwono, I Wayan Nurjaya. 2009. Pola Transformasi Gelombang dengan Menggunakan Model RCPWave Pada Pantai Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 60-71, Desember 2009.
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan Biologi FMIPA USU.
Bird dan Benson.1987. Biological Oceanographic Processes.New York:State University.
Brotowidjoyo, dkk.1995.Suhu Perairan Tropis.Jakarta:Gramedia.
Dahuri, rokhim. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu,  cetakan kedua. Penerbit : Pradya Paramita. Jakarta.
Gunawan.2012. Pengaruh Perbedaan Ph Pada Pertumbuhan Mikroalga Klas Chlorophyta. Dalam Bioscientiae. Volume 9, Nomor 2, Juli 2012, Halaman 62-65.
Hoffman,Briggite.2011.Laut.Bandung:PT Media Pustaka.
Hutabarat, Suhala dan Stewart M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta:Universitas Indonesia (UI-Press)
Irawan,Aditya dan Sari,L.I. 2013. Karakteristik Distribusi Horizontal Parameter Fisika-Kimia Perairan Permukaan di Pesisir Bagian Timur Balikpapan. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 18. no. 2 : hlm 21-27.
Irfani, M. 2008. Perencanaan Pengaman Pantai Kragan Dalam Menangani Masalah Abrasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang.
Lubis.2011.Kelapa Sawit.Jakarta:PT Agromedia Pustaka.
Kordi dan Andi.2007.Laporan Oseanografi.http://www.scribd.com/doc/45495405/ Laporan-Oseanografi.diakses pada tanggal 22 mei 2014 pukul 14.00 WIB.
Mahatma, Lanuru dan Suwarni. 2011. Pengantar Oseanografi. Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Marpaung,Anggi Azmita Fiqriah.2013. Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Ekosistem Mangrove Silvofishery Dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Makasar : Universitas Hassanudin.
Nontji, Anugerah.2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan ; Jakarta.
Nybaken, James.W. 1985. Biologi Laut. Penerbit Erlangga ; Jakarta.
Pujiastuti, C. 2008. Kajian Penurunan Ca Dan Mg Dalam Air Laut Menggunakan Resin (Dowex). Jurnal Teknik Kimia, Vol.3, No.1, September.
Puspitaningrum, Mawar.,dkk.2012. PRODUKSI DAN KONSUMSI OKSIGEN TERLARUT OLEH BEBERAPA TUMBUHAN AIR.  Laboratorium Biologi Struktur Fungsi Tumbuhan Jur Biologi FMIPA UNDIP. Hal. 44-55.
Reddy,James.1993. Oceans and Coasts: An Introduction of Oceanography. New York: Suffolk Country Community College Selden Weyl,Peter.1970.An Introduction To The Marine Environment.New York:State University.
Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut. Penerbit Djambatan ; Jakarta.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume
XXX, Nomor 3, 2005 : 21 – 26.
Scribd.2014.http://scribd.com/Diakses pada tanggal 10 Mei 2104 pukul 20.00 WIB.


Sediandi, Junaidi M. 2003. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring
apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air  di perairan pantai timur Bangka Tengah. Depik, 1(1):78-85. ISSN 2089-7790.
Stiyono, Heryoso. 1996. Kamus Oseanografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Supangat dan Susanna.2008.Teknik Pantai Vol 1. Yogyakarta : Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil FT UGM.
Susana, Tjutju. 2009.Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen terlarut sebagai indikator kualitas perairan sekitar muara sungai cisadane dalam Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 5, No. 2, Desember 2009, pp. 33-39.
Ulqodry, T. Zia dkk. 2010. Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(D) 13109.
Widarno.2011. Pengantar Ilmu Kelautan .Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia (UIPress).
.

















LAMPIRAN 1


Denah Lokasi Praktikum Oseanografi
Pelabuhan Perikanan Pantai, Mayangan, Probolinggo
Lintang          : Selatan, 7,72090
Bujur              : Timur, 113,23050
Akurat                        : 14 meter
Ketinggian    : 33 meter
Akurat tinggi : 34 meter




Share this: